WahanaNews.co | Persyaratan wajib melampirkan hasil tes PCR ternyata membuat beberapa wisatawan membatalkan pesanan.
Pernyataan ini dilontarkan oleh Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Karangasem, Bali, I Wayan Kariasa.
Baca Juga:
Indonesia Hadirkan Pengalaman Wisata tak Terlupakan di World Water Forum ke-10
Kariasa menyampaikan pemberlakuan kewajiban tersebut membuat biaya liburan membengkak sehingga banyak wisatawan nusantara yang membatalkan perjalanan ke Bali.
"Ternyata, dulunya dengan rapid antigen sekarang harus dengan PCR swab. Jadi, biayanya hampir lima kali lipat naik dari dari harga antigen. Ini cukup beban buat para wisatawan dan juga mengamputasi kita dalam pergerakan ekonomi kita di Bali," kata Kariasa, saat dihubungi Selasa (26/10) dikutip dari CNNIndonesia.
Ia juga menyatakan, dengan diberlakukan kewajiban swab PCR untuk ke Bali, banyak wisatawan yang menjadwalkan ulang pemesanan ulang hotelnya. Hal itu menimbulkan kerugian bagi pihaknya.
Baca Juga:
Kunjungan Wisman Januari–Maret 2024: Tertinggi dalam Empat Tahun Terakhir
"(Kalau kerugian) kalau rata-rata harga kamarnya Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu per malamnya. Juga ada teman-teman mengalami hal yang sama, belum lagi booking-an kita dari Eropa sudah masuk kemarin di Bulan Desember juga cancel," jelasnya.
Menurut Kariasa, sejumlah wisman juga membatalkan perjalanan karena kebijakan karantina lima hari.
"Karena beberapa (wisman) yang menanyakan ke saya harus karantina lima hari (jadi) tidak jadi ke Bali dulu. Jadi, dia melihat situasi ke depan sampai situasi betul-betul masuk Bali tanpa karantina. Itu juga menjadi kendala kita," ujarnya.