“Alhamdulillah per hari ini masih tercapai target kita untuk wisatawan nusantara (per semester pertama). Tapi, kalau terus ini harganya (tiket pesawat) tidak turun, maka target (kunjungan wisatawan nusantara) tahun depan kemungkinan harus disesuaikan,” imbuh Sandiaga.
Sebelumnya, maskapai penerbangan seperti PT Garuda Indonesia yang justru berharap agar pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dapat meninjau ulang tarif batas atas (TBA) tiket pesawat sejalan dengan perubahan kondisi eksternal lima tahun terakhir.
Baca Juga:
Surati Menhub, Forkada se-Kepulauan Nias Minta Layanan Penerbangan Ditingkatkan
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan nilai tukar atau kurs (exchange rate) serta harga avtur yang fluktuatif menjadi tantangan.
Dua komponen eksternal tersebut, kata dia, memiliki pengaruh yang besar terhadap biaya (cost).
"Oleh sebab itu, kita juga lagi diskusi sama Kemenhub untuk mohon juga di-review, dilihat TBA ini. Artinya jangan TBA selama lima tahun tidak naik. Ini exchange rate dibanding lima tahun lalu berapa, harga avtur dibandingkan lima tahun lalu berapa," kata Irfan saat dijumpai wartawan di TMII, Jakarta, Minggu (12/5).
Baca Juga:
Resmikan Bandara Dhoho Kediri, Luhut: Bandara Pertama yang Dibangun Tanpa APBN
Apabila tarif batas atas tiket pesawat tidak kunjung berubah atau tidak naik sejak ditetapkan tahun 2019, Irfan khawatir semua maskapai akan menghadapi permasalahan yang serupa.
"Usulan kita lebih fleksibel terhadap kondisi eksternal. Exchange rate maupun harga avtur kan kita tidak bisa kontrol. Kita juga tidak bisa minta Pertamina untuk terus-terusan kasih diskon, bukan begitu caranya kan," kata dia.
[Redaktur: Sutrisno Simorangkir]