Sebagaimana dijelaskan Umarudin, Kepala BUMDes Gununggajah mengingat minimnya dana pendukung untuk mengembangkan, warga sekitar mengawali kegiatan dengan mengadakan acara Kirab Jawa atau karnaval di Watu Prahu.
“Dengan hanya membayar Rp 2000 per orang banyak pengunjung di acara perdana ini,” kata Umarudin.
Baca Juga:
Kominfo RI Perluas Jaringan Internet di Lima Desa Lereng Gunung Merapi
Selain dana yang didapat dari acara kirab, Karang Taruna juga mendapatkan tambahan dana dari Corporate Social Responsibility (CSR) BUMN Pertamina, ditambah lagi serta hibah dari warga desa setempat.
Sejumlah dana yang terkumpul dimanfaatakan untuk membuat taman dan gardu pandang berbentuk Love, kemudian memberi nama obyek wisata alam ini ‘Bukit Cinta Watu Prahu’.
Nama destinasi wisata ini, dijelaskan diambil dari legenda cinta Joko Tuwo dengan Roro Denok. Dikisahkan Umarudin kepada wartawan, Joko Tuwo yang jatuh cinta kepada Roro Denok, dalam lamarannya diberikan syarat harus membuatkan perahu dalam waktu semalam.
Baca Juga:
Cerita Penjual Tahu Bakso di Klaten Bisa Naik Haji, Setelah 10 Tahun Menabung
Karena pembuatan perahunya tidak selesai, lamarannya pun ditolak dan Joko Tuwo kesal hingga menendang perahunya yang belum jadi. Kisahnya, perahu Jaka Tuwa tadi menjadi batu, sampai sekarang perahu yang membatu tadi masih ada di Dusun Girisono, Desa Gununggajah.
Dijelaskan juga, setelah selesainya pembuatan taman dan gardu pandang, DPR dan DPRD Klaten melaunching tempat tersebut menjadi tempat wisata alam Bukit Cinta Watu Prahu, tanggal 23 April 2017.
Seiring berjalannya waktu, semakin banyaknya pengunjung ke Bukit Cinta Watu Prahu sehingga dibentuklah pengelolaan bersama antara Pemerintah Desa Gununggajah, Lembaga Desa, BUMDes dan Karang Taruna.