WahanaTravel.co | Objek wisata yang berjarak sekitar empat kilometer dari Candi Borobudur ini menawarkan keindahan panorama alam nan menakjubkan. Hamparan pepohonan hijau bergerombol membuat siapapun yang memandang akan terasa sejuk dan damai.
Namanya Punthuk Setumbu. Adalah bukit yang terletak di Dusun Kurahan, Karangrejo, Borobudur, Kabupaten Magelang. Tepatnya berada di belakang Candi Borobudur. Penamaan objek wisata itu disesuaikan dengan posisi bukit atau punthuk yang berbentuk bulat. Namun, seiring berjalannya waktu, bukit itu perlahan mulai tergerus lantaran longsor.
Baca Juga:
Anggota DPRD Gorontalo Utara Apresiasi Pentas Seni di Pulau Saronde
Sementara nama setumbu dalam istilah Jawa berarti tempat lumbung padi. Nama itu diambil berdasarkan cerita nenek moyang setempat. Konon katanya, sewaktu peperangan Gerilya yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro, bukit itu menjadi tempat singgah bagi para gerilyawan daerah Borobudur untuk makan.
Para gerilyawan yang bertempat di pegunungan Menoreh, kerap singgah di Punthuk Setumbu sembari mengintai pergerakan musuh dari pihak Belanda. “Cerita-cerita itu kemudian dipercaya oleh masyarakat sekitar dan menyebut bukit itu sebagai Punthuk Setumbu,” ujar Nuryazid, ketua pengelola Punthuk.
Awalnya, Punthuk Setumbu hanya berupa ladang untuk bercocok tanam masyarakat setempat. Banyak para pengembala kambing dan sapi berada di sana. Pada 2000-an, Candi Borobudur mulai ramai dikunjungi wisatawan. Sedangkan desa wisata yang pertama kali ada adalah Desa Candirejo. Masyarakat Desa Karangrejo lantas berpikir agar wisatawan juga ikut berkunjung ke desanya. “Kami coba nyari ilmu ke sana, bagaimana supaya ada tamu datang ke sini setelah di Candi Borobudur,” paparnya.
Baca Juga:
KPK Ungkap Pungli Rp18,5 Miliar Ditemukan di Surga Dunia Papua
Satu upayanya adalah dengan mengangkat kegiatan masyarakat yang dinilai sakral. Setiap Senin Legi, sebagai wujud rasa syukur, masyarakat setempat membawa ketupat dan baceman. Lalu dibawa ke atas bukit untuk dimakan bersama. Kegiatan itu didukung penuh oleh masyarakat setempat dan para tokoh budaya.
Pada 2006, masyarakat Dusun Kurahan lantas menggelar sedekah bumi. Mereka juga mendatangkan para wartawan untuk meliput kegiatan tersebut sekaligus mempromosikan Punthuk Setumbu.
Pada 2010, ada seorang fotografer daerah Borobudur yang ingin melihat Punthuk Setumbu dan kemudian memotret view dari atas bukit. Lalu, yang bersangkutan memberitahu kepada rekan-rekan dan komunitasnya. Keindahannya pun membuat takjub dan mengundang rasa penasaran publik untuk menyaksikan secara langsung fenomena alam tersebut.