Harga gandum yang melonjak ke level tertingginya hampir 1 dekade terakhir dan sempat menyentuh US$ 9,32 per 60 bushel akan turut berdampak pada kinerja keuangan perusahaan atau emiten konsumen dalam negeri.
Beberapa emiten yang memiliki eksposur terhadap gandum sebagai bahan baku produksi antara lain PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Mayora Indah Tbk (MAYOR) dengan produk unggulanya roti serta mie instan.
Baca Juga:
Jokowi Katakan Harga Gandum dan Pupuk Naik Imbas Perang Ukraina dan Rusia
Menurut analis sektor konsumen BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto, gandum memiliki kontribusi sebesar 16% dari Harga Pokok Produksi (HPP/COGS) MYOR dan 15% dari HPP ICBP.
Berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan oleh Natalia, kenaikan sebesar 1% harga gandum akan menyebabkan laba bersih ICBP turun 0,9% dan untuk kasus MYOR laba bersihnya bisa turun 1,2% di tahun 2022 ini.
Dalam riset yang bertajuk Higher commodity prices pose a threat, Natalia menjabarkan bahwa bukan hanya kenaikan harga gandum saja yang menjadi ancaman bagi kinerja keuangan emiten sektor konsumen, tetapi harga komoditas lain seperti minyak mentah, CPO dan susu juga akan berdampak pada penurunan bottom line perusahaan. Oleh sebab itu Natalia memberikan rating netral untuk sektor konsumen. [tum]