Wahanatani.com | Kementerian Pertanian (Kementan) mengirim 53 orang petani muda dari 19 provinsi untuk program magang ke Jepang pada Selasa (19/4/2022). Langkah itu merupakan salah satu upaya untuk melakukan regenerasi petani di Indonesia.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mengatakan tujuan program magang tersebut untuk peningkatan kapasitas pemuda tani di bidang pertanian melalui program pelatihan dan magang di sektor on farm mulai dari budidaya hingga pascapanen. Dalam hal ini akan fokus pada komoditas hortikultura, tanaman pangan, dan peternakan.
Baca Juga:
Keren! Kementan Gandeng Petani Muda jadi Duta Pertanian
PPKM Turun Level, Wali Kota Yogyakarta : Harus Diimbangi Prokes Subholding Gas Pertamina & Axpo Singapore Tandatangani Heads of Agreement (HoA) Dirut PLN Pastikan Kehandalan Listrik Saat Lebaran
Program tersebut merupakan kerja sama antara BPPSDMP Kementan dengan Accepting Organization (AO) yang terdiri dari Japan Agricultural Exchange Council (JAEC), Niigata Agricultural Exchange Council (NAEC), International Agricultural Exchange Association (IAEA) Gunma, serta Ibaraki Chuo Engei (ICE).
"Kementan melakukan banyak cara supaya peningkatan SDM pertanian berjalan secara masif dan sistematis. Peluang pelatihan atau magang di negara-negara maju dalam bidang pertanian seperti Jepang, Taiwan, Australia, dan Korea harus dimanfaatkan dengan maksimal," kata Dedi.
Baca Juga:
PDIP Disebut Petani Milenial Berkomitmen Majukan Pertanian RI
Menurutnya, pembelajaran secara langsung di bawah supervisi petani maju Jepang diharapkan bisa menjadi alat transfer teknologi, pengetahuan, etos kerja, dan kreativitas dalam mengembangkan usaha pertanian. "Rakyat Jepang yang berjumlah besar dan mengutamakan mutu dan kualitas bisa menjadi pintu kerja sama ekonomi pertanian berupa pemasaran produk yang bernilai tinggi dan menguntungkan," terang Dedi.
Dedi mengatakan Kementan tidak berhenti dan berfokus pada pemberangkatan saja. Akan tetapi dipikirkan pula setelah kembali berupa pembinaan dan percepatan perkembangan usaha agribisnis alumni-alumni pelatihan luar negeri.
"Mereka yang pulang harus menjadi pionir, role model petani, dan agripreneur yang sukses. Untuk itu, para peserta wajib belajar tidak hanya secara teknis, tetapi juga mental untuk menjadi pengusaha yang tangguh," ujarnya.