Apabila merujuk situs web resmi Kementerian Perindustrian, pernyataan masyarakat tersebut tidak salah. Dalam artikel berjudul Studi Mobil Listrik: Hemat Energi Hingga 80 Persen, rata-rata mobil listrik jenis hybrid diklaim lebih hemat BBM hingga 50 persen, sedangkan mobil listrik dengan sistem plug-in hybrid mampu menghemat BBM hingga 75 - 80 persen.
2. Kendaraan Listrik Belum Lepas dari Bahan Bakar Fosil
Baca Juga:
Uni Eropa Berlakukan Tarif Tinggi Mobil Listrik Buatan China
Kendati penelitian di atas menunjukkan bahwa kendaraan listrik berpotensi menghemat BBM, kondisi saat ini, terkhusus di Indonesia, menunjukkan bahwa produksi listrik sebagai bahan bakar kendaraan listrik belum lepas dari pengolahan bahan bakar fosil yang juga merupakan bahan baku pembuatan BBM.
Merujuk analisis dari laman its.ac.id, Negara Indonesia disebut masih mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU untuk menghasilkan sumber energi listrik. Lebih lagi, Direktur Mega Project PLN Muhammad Ikhsan Asaad menyebutkan bahwa sampai tahun 2020 bahan bakar fosil masih digunakan di Indonesia sampai dengan 87,4 persen.
3. Pertimbangan Limbah Baterai Mobil Listrik
Baca Juga:
Neta Luncurkan Model Ketiga Mobil Listrik di Indonesia, Dukung Pengurangan Emisi Karbon
Umumnya, kendaraan listrik menggunakan baterai sebagai tempat penyimpanan energi. Apabila merujuk laman its.ac.id, baterai tersebut memiliki masa pakai sekitar 10 - 12 tahun dan perlu diganti apabila masa pakainya telah kedaluwarsa.
Sementara itu, merujuk tulisan Serge Pelissier berjudul Can Electric Vehicle Batteries be Recycled?, penelitian menunjukkan bahwa baterai kendaraan listrik sebaiknya hanya digunakan sekali saja. Artinya, baterai sekali pakai berpotensi menimbulkan timbunan limbah mobil listrik pada masa mendatang.
Meskipun begitu, Pelissier menegaskan bahwa masih terdapat perdebatan terkait penggunaan ulang atau recycle dari baterai kendaraan listrik.