Ia mengungkapkan ada banyak investor yang mengajukan proposal untuk berkontribusi dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, termasuk industri produsen baterai EV. Salah satunya adalah konsorsium yang terdiri dari Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis, LG Energy Solution, dan Indonesia Battery Corporation (IBC). Selain itu, perusahaan Contemporary Brunp Lygend Co., Ltd. (CBL) bersama Aneka Tambang (Persero) dan IBC juga berkolaborasi untuk menjalankan proyek integrasi baterai EV, mulai dari penambangan dan pemrosesan nikel, produk baterai EV, produksi baterai EV, dan daur ulang baterai dengan total investasi di tahap I sekitar USD6 Miliar.
Kemenperin terus memacu pengembangan industri otomotif ke arah kendaraan ramah lingkungan seperti diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2021 tentang Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) Kendaraan Bermotor.
Baca Juga:
PT Chery Sales Indonesia Tambah Kuota Harga Spesial Chery Omoda E5
Upaya akselerasi penggunaan kendaraan listrik juga diperkuat dengan pemberlakuan tarif PPnBM untuk kendaraan dengan teknologi zero emission seperti Battery Electric Vehicle (BEV) dan Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) produksi dalam negeri yang akan diberikan sebesar 0%.
Baca Juga:
Tingkatkan Daya Saing Industri Otomotif Nasional, Pemerintah Beri Sejumlah Insentif
Industri otomotif nasional saat ini didukung oleh 21 perusahaan industri kendaraan bermotor roda empat atau lebih, dengan kapasitas produksi sebesar 2,35 juta unit per tahun. Industri otomotif nasional menyerap 38 ribu tenaga kerja, serta melibatkan lebih dari 1,5 juta tenaga kerja di sepanjang rantai nilai industri tersebut, termasuk di IKM bidang komponen. Subsektor industri ini memiliki nilai forward linkage sebesar Rp35 Triliun dan nilai backward linkage sebesar Rp43 Triliun.
Pangsa pasar ekspor produk otomotif Indonesia telah menembus lebih dari 80 negara dengan kinerja ekspor tahun 2021 mencapai 294 ribu unit kendaraan CBU dengan nilai sebesar Rp52,90 Triliun, 91 ribu set CKD dengan nilai sebesar Rp1,31 Triliun, dan 85 juta pieces komponen dengan nilai sebesar Rp29,13 Triliun. Pada triwulan I – 2022, industri alat angkutan mengalami pertumbuhan paling tinggi di antara subsektor industri pengolahan lainnya, dengan capaian sebesar 14,2%. [afs]