Pemkab Jayapura sangat antusias dengan dukungan organisasi pangan dan pertanian PBB yang ingin membantu masyarakat Kampung Yoboi dalam pengelolaan sagu berkelanjutan.
“Ini sangat baik sekali, supaya dapat merubah pola pikir masyarakat untuk mengolah sagu tidak hanya sebatas membuat papeda atau sagu porno, tetapi bisa dikembangkan menjadi olahan dengan nilai ekonomis tinggi,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Jayapura, Jenny S Deda.
Baca Juga:
Laka Tunggal di Sentani, Tabrak Pembatas Jalan Pemotor Meninggal Dunia
Dusun Sagu
Dusun atau hutan sagu di Kabupaten Jayapura pada kurun waktu 1960-2000 masih sangat luas. Namun, kini mulai menyusut karena sebagian berubah fungsi menjadi kawasan-kawasan permukiman penduduk dan lainnya.
Data Bappeda Kabupaten Jayapura pada 2019 menyebutkan, luas hutan sagu di daerah ini diperkirakan mencapai 3.302 hektare yang terdapat pada enam distrik, yakni di Distrik Sentani 1.964,5 hektare, Sentani Timur 473,0 hektare, Sentani Barat 74,6 hektare, Waibhu 138,9 hektare, Unurum Guay 277,3 hektare, dan Demta 374,6 hektare.
Baca Juga:
Bawaslu Jayapura Libatkan Masyarakat untuk Mengawasi Tahapan Pemilu 2024
Pemda setempat kini berupaya agar lahan sagu tidak semakin menyusut dengan mengubah cara pandang masyarakat, sehingga dusun atau hutan sagu tetap terpelihara dengan baik. Sagu tidak hanya menjadi sumber pangan, akan tetapi bisa meningkatkan ekonomi keluarga melalui berbagai olahan.
Masyarakat Papua dahulu mempunyai kebiasaan mengonsumsi papeda, sagu porno dan berbagai jenis umbi-umbian sebagai makanan pokok. Kemudian, pada tahun 1980-an mereka mulai mengenal makanan dari beras.
Tokoh adat Papua Ramses Wally sangat mendukung Badan Pangan dan Pertanian PBB yang ingin membantu masyarakat Kampung Yoboi mengelola sagu berkelanjutan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.