Semua tokoh yang hadir dalam diskusi itu merasa bersyukur karena ada lembaga dunia di bawah PBB yang mengurusi tentang pangan dan pertanian ingin membantu Kampung Yoboi di Pulau Papua, Indonesia, yang bersebelahan dengan negara tetangga Papua Nugini (PNG).
Apalagi, FAO-UN ingin menjadikan Kampung Yoboi sebagai contoh penerapan pengolahan sagu berkelanjutan dalam jumlah besar. Tepung sagu tersebut nantinya tidak hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-sehari, tapi juga dapat dipasarkan.
Baca Juga:
Laka Tunggal di Sentani, Tabrak Pembatas Jalan Pemotor Meninggal Dunia
Perwakilan FAO-UN untuk Indonesia-Timur Leste, Rajendra Arya, menyatakan akan mendukung pelaku UMKM di Kampung Yoboi dalam mengelola sagu dalam jumlah yang besar.
Alat pengolah sagu yang dibantukan akan menghasilkan tepung sagu dalam jumlah banyak dan bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan usaha UMKM maupun diekspor ke luar Papua maupun luar negeri.
Tepung sagu bisa dikemas dalam kemasan yang menarik, kemudian dikirim ke Papua Pegunungan, Papua Tengah, Papua Selatan, Papua Barat Daya, sehingga masyarakat yang ingin mengonsumsi tepung sagu bisa membelinya di pasar swalayan.
Baca Juga:
Bawaslu Jayapura Libatkan Masyarakat untuk Mengawasi Tahapan Pemilu 2024
Langkah itu sebagai terobosan untuk membawa sagu ke industri besar yang bisa dinikmati bukan hanya masyarakat Papua, tetapi masyarakat di luar Papua pun bisa menikmatinya dengan membelinya di pasar.
Selain itu, masyarakat Kampung Yoboi bisa mengolah tepung sagu menjadi berbagai makanan maupun minuman yang memiliki nilai ekonomis tinggi dengan nilai kadar gula yang cukup rendah.
FAO-UN akan mengembangkan hal itu untuk dapat merangsang pertumbuhan ekonomi masyarakat Papua melalui tepung sagu yang dikelola secara profesional.