Ada juga perubahan versi dari upacara Mahesa Lawung yang digelar Keraton Solo tersebut ketika berakulturasi dengan budaya Jawa Islam. “Jadi yang awalnya pemujaan Bathari Durga berubah menjadi menolak sosok Bathari Durga agar terhindar dari bala atau bencana,” ulasnya.
Salah satu alasan perubahan itu, menurut Dani, karena memang dari ceritanya Bathari Durga dikutuk oleh suaminya yakni Bethara Kala. Sehingga makna upacara Mahesa Lawung berubah menjadi untuk melindungi Keraton dari bahaya baik dari timur (wetan), barat (kulon), utara (lor), dan selatan (kidul).
Baca Juga:
Destinasi Hits Terbaru Indonesia, 5.000 Wisatawan Serbu IKN Setiap Hari
Arah mata angin ini juga merupakan simbolis dari batas-batas Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang menjadi pusatnya. “Kalau di wetan ada Gunung Lawu, di kulon ada Gunung Merapi, di kidul ada Pantai Selatan dan lor ada Alas Krendhawahana. Sedangkan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menjadi pusatnya,” lanjutnya.
Mengenai Alas Krendhawahana yang terletak di Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, lokasi ini dipilih karena banyaknya tulang-tulang purba yang dahulu dipercaya merupakan tulang dari asura atau raksasa yang ditumpas oleh Bathari Durga.
Alasan Pemilihan Lokasi Alas Krendhawahana
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
“Kalau kenapa di Alas Krendhawahana itu dipilih, karena sekitar situ kan dekat dengan Sangiran yang banyak sekali ditemukan tulang dari manusia purba yang besar-besar. Nah tulang yang besar tersebut dahulu dikira tulang dari raksasa-raksasa yang dihabisi oleh Bathari Durga, karena julukannya memang pembasmi raksasa,” urainya.
Sedangkan alasan penguburan kepala kerbau dalam tradisi Mahesa Lawung Keraton Solo, Dani Saptoni menjelaskan kerbau adalah kendaraan dari Bathari Durga. Meskipun juga memiliki makna filosofis untuk tidak bertingkah sembarangan dan menghindari marabahaya.
“Jerohan juga dikuburkan bersama dengan daging gecokan atau bahan-bahan mentah sebagai simbolis seserahan untuk Bathari Durga. Meskipun memang punya makna filosofis untuk mengingatkan manusia agar bertindak dengan baik dan menjauhkan diri dari bahaya,” ucap Dani.