TOBA akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 8 Juni 2022 mendatang untuk mendapat izin melaksanakan rights issue.
PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga mulai telah melakukan diversifikasi bisnis ke segmen non batu bara, dengan membangun smelter aluminium di Kawasan Industri Hijau Indonesia, Kalimantan Utara. Smelter ini direncanakan rampung sekitar 2 tahun sampai 2,5 tahun ke depan.
Baca Juga:
Ratu Batu Bara Tan Paulin Diperiksa KPK di Kasus Rita Widyasari
Analis RHB Sekuritas Fauzan Luthfi Djamal menilai, meski gencar melakukan diversifikasi ke segmen EBT, kontribusi segmen batubara terhadap pendapatan emiten tambang masih belum bisa tergantikan dalam waktu dekat.
Namun untuk INDY, Fauzan menilai, cukup agresif dalam mendiversifikasi bisnis ke sektor non batubara. INDY sendiri menargetkan 50% pendapatan berasal dari segmen non batu bara pada 2025 mendatang.
Maka tak heran, INDY cukup getol dalam merealisasikan bisnis EBT. Ini dibuktikan dengan komoitmen INDY melakukan divestasi aset batu baranya.
Baca Juga:
KPK Ungkap Eks Bupati Kukar Dapat US$5 per Matrik Ton dari Perusahaan Batu Bara
Terbaru, pemegang saham INDY merestui transaksi penjualan saham di anak perusahaan miliknya, PT Petrosea Tbk (PTRO) pada RUPSLB yang digelar Jumat (20/5). PTRO merupakan anak usaha INDY dibidang kontraktor tambang.
Sebelumnya, INDY juga melakukan divestasi atas kepemilikan saham di PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS), perusahaan di bidang pengakutan pelayaran, salah satunya hasil tambang (batu bara).
Sementara untuk TOBA, Fauzan menyebut, aset tambangnya memang sudah menurun mulai tahun 2024. Kemungkinan, tahun depan merupakan puncak dari hasil produksi aset tambang TOBA. Ditambah, TOBA juga telah berkerjasama dengan Gogoro.