Mawaka.id | Industri manufaktur di Indonesia menunjukkan tren positif terutama pada masa pemulihan selepas terdampak pandemi Covid-19.
Menurut Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, penguatan industri manufaktur dapat membantu Indonesia keluar dari jerat status negara berpenghasilan menengah (middle income trap).
Baca Juga:
Wisatawan Indonesia Meningkat Tajam, 731 Ribu Perjalanan ke Luar Negeri di Oktober 2024
Industri manufaktur sekaligus menjadi solusi bagi Indonesia menuju negara dengan pendapatan tinggi atau negara maju pada 2045.
“Harapan kita semua, manufaktur bisa menjadi prime mover (penggerak utama perekonomian). Jadi, kita bisa sesegera mungkin lulus dari middle income trap, karena jika kita lihat kinerja industri manufaktur Indonesia cukup promising (menjanjikan),” kata Agus Gumiwang saat memberi paparan secara virtual pada sesi Pemerintah Mendengar di Indonesia Development Forum di Jimbaran, Badung, Bali, kemarin.
Data Kementerian Perindustrian menunjukkan Purchasing Manager’s Index (PMI) industri manufaktur di Indonesia mencapai angka 51,8 poin.
Baca Juga:
Bukan Awan Biasa, BMKG Klarifikasi Fenomena Langit Jakarta yang Memukau
Menurut Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita, sektor industri pengolahan nonmigas saat ini menjadi yang paling banyak berkontribusi terhadap perekonomian nasional sebesar 16,10 persen.
Pertumbuhan sektor nonmigas pada triwulan III-2022 mencapai 4,88 persen secara year-on-year (yoy).
“Selaras dengan itu, industri alat angkutan dan industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik tumbuh sebesar 10,26 persen dan 12,56 persen secara yoy. Indikator pertumbuhan itu memberi optimisme untuk sektor industri manufaktur,” ujar Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita.