Penerimaan pajak tumbuh 17% mencapai Rp 1.082,6 triliun atau 88% dari target. Kenaikan tertinggi ada pada PPh migas dengan 57,7% dan non migas tumbuh 12,6%. PPN tumbuh 19,8% dan PBB tumbuh minus 6,2% dan pajak lainnya tumbuh 79,7%.
Dirjen Pajak Suryo Utomo meyakini adanya faktor kenaikan harga komoditas dalam penerimaan negara. Apalagi dalam beberapa waktu terakhir petugas pajak memang fokus mengejar penerimaan di sektor pertambangan dan perkebunan.
Baca Juga:
Kinerja Pendapatan Negara Tahun 2024 Masih Terkendali, Menkeu: Ada Kenaikan Dibanding Tahun 2023
"Kami pengawasan ke sektor-sektor alami perbaikan di masa pandemi. Di samping itu pengajuan kepatuhan pengawasan karena ada WP yang ada pajak mesti dibayar lagi ke negara," pungkasnya.
Defisit Turun Drastis, Utang Rp 263 T Batal Ditarik
Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada akhir November Rp 611 triliun atau turun drastis menjadi 3,63% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dibandingkan November 2020 yang mencapai 5,73% PDB.
Baca Juga:
Hadiri Rakornas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Tahun 2024, Menkeu: Awal Sinergi yang Baik
"Ini cerita pemulihan ekonomi alami penyehatan kembali. Karena covid hantam semua masyarakat sosial dan ekonomi dan APBN," ungkap Sri Mulyani.
Dari data Kementerian Keuangan, pemerintah berhasil mengurangi penerbitan SBN hingga Rp 263,5 triliun. Hal ini sejalan dengan penerimaan negara yang tumbuh tinggi hingga akhir bulan lalu.
"APBN mulai pulih dengan penerimaan negara mengalami penguatan luar biasa, sehingga tahun ini kita mengurangi penerbitan utang kita hingga Rp 263 triliun," ujarnya. (tum)