MAWAKA ID I Saat negara lain kesulitan mencari uang untuk menutupi anggaran, Indonesia bisa terima cuan sambil goyang-goyang kaki.
Lonjakan harga komoditas internasional ibarat 'durian runtuh' saat pandemi covid-19.
Baca Juga:
Kinerja Pendapatan Negara Tahun 2024 Masih Terkendali, Menkeu: Ada Kenaikan Dibanding Tahun 2023
Bahkan penerimaan negara tahun ini diyakini bisa mencapai target Rp 1.743,6 triliun.
"Kita memperkirakan hingga akhir tahun seluruh penerimaan negara akan melebihi target APBN," ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (21/12/2021)
Hingga akhir November 2021, beberapa pos penerimaan sudah mencapai target. Seluruhnya disebabkan oleh lonjakan harga komoditas, terutama batu bara dan minyak kelapa sawit yang harganya alami kenaikan dalam setahun terakhir.
Baca Juga:
Hadiri Rakornas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Tahun 2024, Menkeu: Awal Sinergi yang Baik
Lihat saja penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tumbuh 25,4% menjadi Rp 382,5 triliun atau 128,3% dari target APBN. Kenaikan ditopang oleh pendapatan SDA migas 24,7% dan non migas 86,9% di mana masing-masing sudah berada di atas target.
Sementara itu untuk kepabeanan cukai mencapai Rp 232,3 triliun atau tumbuh 26,6% yoy. Realisasi ini bahkan sudah dulu melebihi target, yakni 108%.
Penerimaan pajak memang belum capai target, tapi masih ada sisa waktu 2 minggu ke depan untuk menerima setoran. Seperti biasa, akhir tahun, penerimaan pajak selalu melonjak drastis.
Penerimaan pajak tumbuh 17% mencapai Rp 1.082,6 triliun atau 88% dari target. Kenaikan tertinggi ada pada PPh migas dengan 57,7% dan non migas tumbuh 12,6%. PPN tumbuh 19,8% dan PBB tumbuh minus 6,2% dan pajak lainnya tumbuh 79,7%.
Dirjen Pajak Suryo Utomo meyakini adanya faktor kenaikan harga komoditas dalam penerimaan negara. Apalagi dalam beberapa waktu terakhir petugas pajak memang fokus mengejar penerimaan di sektor pertambangan dan perkebunan.
"Kami pengawasan ke sektor-sektor alami perbaikan di masa pandemi. Di samping itu pengajuan kepatuhan pengawasan karena ada WP yang ada pajak mesti dibayar lagi ke negara," pungkasnya.
Defisit Turun Drastis, Utang Rp 263 T Batal Ditarik
Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada akhir November Rp 611 triliun atau turun drastis menjadi 3,63% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dibandingkan November 2020 yang mencapai 5,73% PDB.
"Ini cerita pemulihan ekonomi alami penyehatan kembali. Karena covid hantam semua masyarakat sosial dan ekonomi dan APBN," ungkap Sri Mulyani.
Dari data Kementerian Keuangan, pemerintah berhasil mengurangi penerbitan SBN hingga Rp 263,5 triliun. Hal ini sejalan dengan penerimaan negara yang tumbuh tinggi hingga akhir bulan lalu.
"APBN mulai pulih dengan penerimaan negara mengalami penguatan luar biasa, sehingga tahun ini kita mengurangi penerbitan utang kita hingga Rp 263 triliun," ujarnya. (tum)