Fisuelri.id | Empat negara ASEAN seperti Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand akan menominasikan kebaya sebagai warisan budaya takbenda ke UNESCO.
Namun Indonesia tidak termasuk di dalamnya.
Baca Juga:
Destinasi Hits Terbaru Indonesia, 5.000 Wisatawan Serbu IKN Setiap Hari
Dewan Warisan Nasional (NHB) Singapura menyatakan kebaya akan menjadi nominasi multidimensional pertama Singapura untuk Daftar Perwakilan Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan UNESCO. Nominasi ini rencananya diserahkan pada Maret 2023.
"Kebaya telah dan terus menjadi aspek sentral dalam representasi dan penggambaran warisan budaya dan identitas Melayu, Peranakan, dan masyarakat lainnya di Singapura, dan merupakan bagian integral dari warisan kami sebagai kota pelabuhan multikultural, dengan link di seluruh Asia Tenggara dan duniam" kata CEO NHB, Chang Hwee Nee, Kamis (24/11).
NHB menyatakan Malaysia telah mengusulkan serta mengoordinasikan nominasi multinasional dan gagasan itu dibahas sebagai bagian dari rangkaian rapat kerja di antara sejumlah negara pada 2022.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Brunei, Malaysia, Singapura, dan Thailand pun setuju bekerja sama untuk mengajukan nominasi.
Keempat negara juga menyambut apabila ada negara lain yang hendak bergabung dalam nominasi tersebut.
"[Nominasi bersama itu] menggarisbawahi multikulturalisme ini dan akar bersama kita dengan wilayah tersebut," kata Nee seperti dikutip The Strait Times.
Nominasi yang bakal diajukan empat negara ini tidak termasuk Indonesia di dalamnya.
Secara terpisah, Indonesia diketahui telah mengajukan empat warisan budaya takbenda tahun ini, antara lain kesenian reog, jamu, tenun Indonesia, dan tempe.
Pengajuan nominasi ini pun telah diajukan secara resmi pada 25 Maret 2022 lalu.
"Kami terus mengupayakan agar elemen budaya Indonesia tidak hanya mendapatkan status di tingkat Internasional. Namun, yang terpenting adalah agar masyarakat Indonesia turut memberikan perhatian dan ikut melestarikan," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Hilmar Farid, pada April lalu.
Selama Agustus dan Oktober, NHB sendiri telah mengadakan enam focus group discussion (FGD) dengan 48 peserta untuk melihat pendapat terkait nominasi empat negara tersebut.
Diskusi itu melibatkan praktisi budaya, perwakilan asosiasi budaya, dan peneliti yang terlibat dalam pembuatan dan pemakaian kebaya.
Sejak tanggal 1 hingga 3 November, perwakilan dari NHB dan masyarakat menghadiri lokakarya yang diselenggarakan oleh Malaysia di Port Dickson, dimana mereka mendiskusikan nominasi tersebut, termasuk apa yang harus disertakan dalam pengajuan tersebut.
NHB akan mengatur inisiatif penjangkauan publik dan Januari hingga Maret 2023 untuk meningkatkan kesadaran akan nominasi tersebut.
UNESCO selanjutnya akan menilai nominasi berdasarkan definisi warisan budaya takbenda dan seberapa baik masing-masing dari empat negara akan memastikan promosi dan transmisi terkait kebaya.(jef)