"Itu adalah bagaimana tanggapan pemerintah atas peristiwa yang terjadi," katanya.
Mengenai tindakan nyata, Halili mencontohkan respons Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini atas aksi terorisme berupa ledakan bom bunuh diri di kawasan Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Jaya Utara, Surabaya, Jawa Timur, pada 13 Mei 2018.
Baca Juga:
Muhaimin Iskandar Kritik Salam Dua Jari Jokowi dan Iriana dari Mobil Presiden
Risma meminta pihak sekolah untuk menghibur dan mendampingi siswa di Surabaya pasca-teror bom.
Halili menjelaskan bahwa terorisme tentu berpengaruh pada tingkat toleransi di kota itu. Maka, ia menilai baik tindakan nyata dan respons Wali Kota Surabaya terhadap peristiwa ini.
Contoh lain, yaitu mengenai ucapan pejabat publik terhadap suatu peristiwa.
Baca Juga:
Jokowi Minta Pelayanan Kesehatan di RSUD Salatiga Terus Diperbaiki
Halili mencontohkan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi yang memastikan semua warga Kota Bekasi mendapatkan hak kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Ada penolakan sekelompok masyarakat terkait pembangunan Gereja Katolik Santa Clara. Mereka meminta izin pembangunan gereja dicabut.
"Saya menolak dengan tegas saat itu. Saya bilang di depan mereka, lebih baik kepala saya ditembak daripada saya harus mencabut IMB gereja itu. IMB itu sudah sesuai dengan hukum yang berlaku," kata Rahmat, 16 Maret 2017.