Begitu pun, jika seluruh manusia kufur kepada Allah, tidak beribadah kepada-Nya, menelantarkan perintah-perintah-Nya, dan melanggar larangan-larangan-Nya, maka hal itu tidak membahayakan Allah sama sekali. Akan tetapi, kemudaratan dan bahayanya akan kembali kepada manusia itu sendiri. Allah Ta’ala berfirman,
“Katakanlah, ‘Hai manusia, sesungguhnya teIah datang kepadamu kebenaran (Al Quran) dari Tuhanmu. Sebab itu, barang siapa yang mendapat petunjuk, maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu’” (QS. Yunus: 108).
Baca Juga:
Usai Shalat Subuh, Seorang Remaja Dipatuk Ular di Taman Kantor Gubernur Sulbar
Beberapa ayat dan hadis yang menjelaskan keutamaan salat menunjukkan bahwa salat adalah kebutuhan manusia. Salat bukan kebutuhan Allah Ta’ala. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al-Quran) dan dirikanlah salat! Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allâh (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allâh mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Ankabût: 45).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
Baca Juga:
Tata Cara Shalat Gerhana Bulan Total
“Salat (fardhu) yang lima waktu itu seperti sebuah sungai yang airnya mengalir melimpah di depan pintu rumah salah seorang di antara kalian. Ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali” (HR. Muslim).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barang siapa yang menjaga salat lima waktu, maka salat itu akan menjadi cahaya, bukti dan keselamatan baginya pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti, dan juga tidak mendapat keselamatan. Dan pada hari kiamat, orang yang tidak menjaga salatnya itu akan bersama Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf” (HR. Ahmad).