Direktur Komersial Sampoerna Ivan Cahyadi menyebutkan SRC bermula dari perhatian tim komersial Sampoerna dengan para toko yang bermitra.
“Waktu itu, tim di lapangan punya kegelisahan, mereka melihat toko kelontong semakin terdesak karena tidak punya modal, tidak punya akses ke digital, dan sebagainya. Dan dari sanalah, dan berpegang dengan Falsafah Tiga Tangan, kami membentuk program untuk membantu toko kelontong meningkatkan bisnis mereka dan ikut digitalisasi,” tuturnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (15/4/2022).
Baca Juga:
Menkominfo Terapkan 3 Pendekatan Strategis untuk Percepat Digitalisasi Pelaku UMKM
Ivan menambahkan, hal ini pun berlandaskan Falsafah Tiga Tangan perusahaan yang merepresentasikan konsumen dewasa, karyawan dan mitra usaha, serta masyarakat luas.
“Sesuai Falsafah Tiga Tangan, Sampoerna selalu percaya keberhasilan perusahaan juga harus diimbangi dengan keberhasilan retailer, mitra, dan juga pemangku kepentingan lainnya, untuk bertumbuh bersama," lanjutnya.
Ekosistem Digital
Baca Juga:
Pemprov Riau Gelar Rapat Lanjutan Persiapan Gernas BBI dan BBWI
Melalui AYO SRC, Sampoerna membentuk ekosistem digital yang menghubungkan produsen, grosir, peritel, dan konsumen serta menawarkan merek label pribadi (private label brands). Selain itu AYO SRC juga menyediakan beragam layanan lainnya untuk mendukung kegiatan usaha sektor ritel skala UMKM.
Terlebih di tengah situasi pandemi dan pembatasan pergerakan masyarakat yang berlaku, aplikasi digital yang dapat menghubungkan UMKM dengan pemasok dan konsumen dapat meningkatkan daya tahan UMKM. Dengan digitalisasi, mereka tetap dapat bertransaksi dan melayani konsumen secara digital.
Hal ini juga meningkatkan daya saing UMKM, khususnya dibandingkan pelaku retail modern yang mungkin telah lebih dahulu memanfaatkan teknologi digital. Berbagai fitur lain juga diperkenalkan AYO SRC untuk mendukung tumbuh kembang toko kelontong.