Banyuwangi dipilih karena salah satu produksi kopi terbesar di Jawa Timur.
Dalam kegiatan tersebut, buyer asing diberikan waktu untuk memahami detail produk kopi UMKM. Sebelumnya, mereka telah dipasok informasi terkait produk kopi yang ditawarkan. Seperti jenis kopi, waktu produksi, teknik pemrosesan, hingga masa kedaluwarsa.
Baca Juga:
Netanyahu Resmi Jadi Buronan Setelah ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan
"Akhir Maret ini mereka juga akan kami jembatani untuk bertemu buyer domestik. Jadi pasar ekspor dan domestik juga kami fasilitasi," kata Nurdin.
Kegiatan ini disambut positif oleh para petani. Di antaranya M. Yusuf dari Kelompok Tani Java Ijen Madusari dari Desa Tamansari, Kecamatan Licin.
"Kami dapat banyak informasi tentang bisnis kopi dan pemasarannya. Kami manfaatkan ini untuk bertanya banyak hal. Ini membuka peluang pasar kami ke negara lain," kata dia.
Baca Juga:
Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan, Kasus Masih dalam Penyelidikan
Bupati Ipuk Fiestiandani mengatakan, virtual bisnis menjadi peluang bagi petani kopi Banyuwangi untuk membuka pasarnya.
"Terima kasih kepada banyak pemerintah pusat dan pihak lainnya yang terus mendukung Banyuwangi. Fasilitasi semacam ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi petani kopi, khususnya di situasi pandemi semacam ini untuk menumbuhkan harapan dan peluang bagi mereka," kata Ipuk.
Ipuk juga menyebut bahwa kopi Banyuwangi telah diminati pasar Eropa. "Kopi dari Perkebunan Malangsari, Kalibaru, telah rutin dipesan Swiss dan Italia," pungkasnya.[kaf]