WahanaTravel.co | Pemerintah Mesir terus menjalankan proyek baru demi memulihkan Kairo Bersejarah yang memiliki nilai historis sebagai kota bersejarah di dunia.
Rencana itu bertujuan untuk merevitalisasi dan mempromosikan Kairo sebagai objek wisata, sementara pemerintah bersiap pindah ke ibu kota baru yang futuristik di Padang Pasir.
Baca Juga:
Buyer Mesir Minati Gaharu Indonesia
Seorang arsitek dan pemugar spesialis arsitektur Islam, Alaa al-Habashi, mengatakan, pemerintah sekarang mempertimbangkan penduduk, kerajinan, kain dan infrastruktur bersejarah, daripada berfokus pada monumen saja.
"Perubahannya dramatis. Sudah lama ditunggu-tunggu," kata Habashi.
Tetapi implementasi akan menjadi kunci.
Baca Juga:
Presiden Mesir Mendesak Mediasi Internasional untuk Gencatan Senjata di Gaza
"Saya khawatir dengan keterlambatan," katanya.
"Saya juga khawatir bahwa prinsip-prinsip di mana semua proyek sudah dibentuk, mungkin juga entah bagaimana dalam pelaksanaannya diubah," imbuhnya.
Pada akhirnya sebagian besar area akan diubah menjadi zona pejalan kaki.
Rencana ini memberi dorongan baru bagi upaya para arsitek dan pemulih profesional untuk menyelamatkan gedung-gedung tua yang dikhawatirkan akan hilang karena birokrasi, korupsi pejabat, dan kendala hukum.
Koordinator utama proyek itu, Mohamed Elkhatib, mengatakan, apartemen bertingkat rendah akan dibangun di atas tanah kosong di distrik bersejarah.
Ia juga mengatakan karakter kawasan akan tetap dipertahankan.
"Untuk pertama kali anggaran tidak masalah. Mereka (pemerintah memberitahu saya bahwa anggaran berapapun untuk Kairo Bersejarah akan disetujui," kata Alkhatib, seperti dikutip Reuters, Jumat (1/10/2021).
Pemerintah bermaksud merenovasi sekitar 10 persen area dalam fase awal dua tahun.
Mereka juga tengah mempelajari proposal untuk membuat satu entitas untuk Kairo yang bersejarah sekitar 30 kilometer persegi, katanya.
Penduduk dan bengkel akan digusur saat struktur dibangun ulang dan dipulihkan.
"Kami sebenarnya sudah mulai menggarap sebidang tanah. Negosiasi dengan warga sudah berakhir, dan kami sudah mulai," ucap Elkhatib.
Pekerja akan segara memperbaiki fasad bangunan tua agar sesuai dengan keaslian bangunan, termasuk gedung yang tidak terdaftar sebagai bangunan sejarah.
Rencana tersebut juga melibatkan pengubahan beberapa wikala atau karavan kota, menjadi hotel butik.
Sebagian besar pekerjaan awal akan fokus pada pemulihan distrik di sekitar tiga gerbang besar yang dibangun oleh Dinasti Fatimiyah Tunisia.
Dinasti ini pernah memerintah selama dua abad usai menaklukan Kairo pada 969 M.
Satu gerbang, bab al- zuwaila dan Jalan Habbaniya di selatan adalah pemandangan sketsa di Seribu Satu Malam Arab.
"Tahap kedua adalah mulai berurusan dengan bangunan bersejarah, bukan yang terdaftar (resmi). Kami akan mendokumentasikan semua bangunan ini dan memulihkan serta menggunakannya kembali," kata Elkhatib.
Kairo yang memiliki nilai sejarah adalah kawasan dengan padat penduduk, bengkel, pasar dan kerajinan rumahan yang bisa ditelusuri kembali berabad-abad lalu.
"Beberapa kota di dunia memiliki begitu banyak lapisan sejarah sejak lama," kata anggota World Monuments Fund, Jeff Allen.
Beberapa pemulih dan arsitek juga mengkhawatirkan kerumitan dan biaya pemugaran.
Kemungkinan hal tersebut dapat menyebabkan Disneyfication atau transformasi komersial dari sesuatu atau lingkungan menjadi sesuatu yang disederhanakan, dikendalikan, dan aman. [dhn]