WahanaTravel.co | Candi Ratu Boko diperkirakan dibangun pada abad ke-8 masehi oleh Wangsa Syailendra yang beragama Budha, namun kemudian diambil alih oleh raja-raja Mataram Hindu. Peralihan kepemilikan itu terlihat dari arsitektur pada bangunan candi yang merupakan perpaduan dari 2 budaya.
Di Situs Ratu Boko ditemukan sebuah prasasti berangka tahun 792 M yang dinamakan Prasasti Abhayagiriwihara yang berisikan dugaan bahwa Kraton Ratu Boko dibangun oleh Rakai Panangkaran yang ditulis menggunakan huruf pranagari yang merupakan salah satu ciri prasasti Budha.
Baca Juga:
Update Kasus Judol: Polisi Gerebek Rumah di Cengkareng hingga Warnet di Kendal
Nama Ratu Boko sendiri berasal dari nama Ratu Boko yang merupakan ayah dari Roro Jonggrang yang juga menjadi nama candi utama pada kompleks candi Prambanan.
Candi Ratu Boko ini merupakan salah satu candi yang berada dalam pengelolaan Taman Wisata Borobudur-Prambanan. Dengan luas mencapai 250.000 meter persegi kita harus siapkan sedikit tenaga untuk berjalan dan menaiki anak tangga. Tapi, gak usah takut pengelola juga telah menyediakan kursi untuk kita duduki jika lelah sepanjang perjalanan.
Apa yang bisa kita lihat di sini?
Baca Juga:
Kasus Judol Komdigi Terbongkar saat Usut Situs 'Sultan Menang'
Setibanya di atas kita akan menyaksikan gapura pintu masuk istana yang masih berdiri kokoh. Gapura utama diapit oleh dua gapura pengapit di setiap sisi. Kompleks Ratu Boko sendiri hanya memiliki sedikit saja dari bangunan candi utuh yang masih tersisa.
Bagian tengah kita akan menemukan kolam pemandian, lapangan, candi pembakaran yang berbentuk teras tanah berundak setinggi 3 meter dengan luas 26 meter persegi.
Di sudut Tenggara terdapat salah satu sumur tua sebagai sumber air suci dan Paseban (tempat untuk menghadap raja) yang terletak sekitar 45 meter ke arah selatan dari gapura utama. Selain itu, kita juga dapat menyaksikan Pendopo, Keputren, dan Gua Lanang dan Gua Wadon.