“Apalagi sekarang dengan alih fungsinya untuk wisata, beberapa daerah terjadi banjir karena di hulunya dijadikan tempat wisata, ini akan kami evaluasi untuk kami sampaikan ke pemerintah pusat, karena itu kewenangan pusat,” katanya.
Uu menyampaikan, akan segera menggelar rapat gabungan untuk mengambil sikap terkait alih fungsi lahan ini.
Baca Juga:
BNPB Ungkap Kerugian Banjir Bandang di Jabodetabek Capai Rp1,69 Triliun
Banjir bandang yang merendam 9 desa di dua kecamatan di Garut, terjadi pada Sabtu (27/11/2021) sore.
Air berasal dari luapan sungai tiga sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Citameng yang hulu sungainya berada di wilayah Kecamatan Karangtengah dan bermuara ke Sungai Citameng di Kecamatan Sukawening.
Tiga Sub DAS Citameng, semuanya meluap karena terjadi longsoran di kawasan hulu-hulu sungai tersebut. Sedikitnya, di Desa Cintamanik Kecamatan Karangtengah saja, terdapat 16 titik longsoran yang terbilang besar.
Baca Juga:
Banjir Bandang Parapat Dinilai Akibat Kerusakan Hutan, Jadi ’Warning’ Nasib Pariwisata Danau Toba
”Di Desa Cintamanik saja, ada sedikitnya 16 titik longsor, paling banyak di Blok Cimasuk,” jelas Sumara (49), warga Kampung Cileles Desa Cintamanik saat ditemui Minggu (28/11/2021) sore. (tum)