Wahanatani.com | Sudah hampir sepekan Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi melarang ekspor CPO sejak Kamis (28/4) lalu.
Namun, harga CPO internasional belum loncat 'selangit' seperti yang diperkirakan. Padahal, RI merupakan produsen CPO nomor wahid di dunia.
Baca Juga:
DJP Kalbar Fokus Maksimalkan Penerimaan Pajak Sektor Perkebunan untuk Meningkatkan Pendapatan Negara
Mengutip Trading Economics, pada perdagangan Jumat (29/4), harga CPO naik 2,75 persen dari 6.920 ringgit menjadi 7.105 ringgit.
Menurut Pengamat Komoditas sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, harga CPO internasional masih 'adem ayem' karena pasar CPO internasional yang mengacu pada bursa Malaysia tutup. Penutupan perdagangan karena libur Idulfitri sejak Senin (2/5) hingga Senin selanjutnya (9/5).
"Pas kebetulan tanggal 28 April larangan ekspor efektif tapi cuma 29 April pasar buka, setelah itu tutup. Mungkin, seandainya buka pasar, meloncat harganya," ujarnya mengutip CNNIndonesia.com, Rabu (4/5).
Baca Juga:
Kemendag Rilis Harga Referensi CPO dan Biji Kakao Per November 2024
Oleh karena itu, ia menilai efektivitas kebijakan larangan ekspor dalam mendongrak pasar internasional belum terlihat. Melihat 'kebetulan' itu, Ibrahim tidak heran harga CPO internasional belum melompat.
"Artinya apa? Tertolong libur hari raya Idulfitri sehingga pasar sedikit lebih stagnan," imbuhnya.
Ketika pasar kembali buka, Ibrahim memproyeksikan harga CPO akan naik (gap up) pada pembukaan perdagangan Senin nanti di kisaran 100 poin atau menjadi 7.205 ringgit dari posisi penutupan 7.105 ringgit.