"Belum bisa (menaksir kerugian) dulu bibitnya (padi) ditanam sekitar 1 kuintal. Kalau biaya yang lain, paling bensin untuk traktor 1 hari butuh 5 literan, dipakai seminggunan. Kemudian, upah untuk tanam dan mathun (membersihkan sawah), ada dua orang yang membantu Rp30 ribu per hari, selama 2 bulanan,"jelasnya.
Hal serupa turut dirasakan petani lain bernama Wardiyah (56). Namun, dia lebih beruntung sebab di dusunnya sudah menyiapkan resapan air antisipasi kekeringan. Air yang ditampung inilah disalurkan ke lahan-lahan warga secara bergantian.
Baca Juga:
Mentan Ajak Kolaborasi dan Dorong Pengembangan VUB Padi IPB 9G
Sebelumnya, para petani mendapatkan sumber air dari Sungai Gesing yang kini airnya sudah tidak mampu naik untuk mengairi sawah.
"Kalau dari sungai sudah tidak bisa lagi. Sekarang, pengairan dari air yang ditampung saja, itu bergantian dibaginya. Ya, tetap kurang juga karena ini saja baru dialiri langsung kering lagi,"ungkapnya sambil menunjuk ke arah sawahnya.
Kini, dia hanya bisa berharap agar hujan segera turun. Sebab, jika hanya mengandalkan air resapan dipastikan tidak akan mencukupi.
Baca Juga:
Jawa Barat Ditargetkan Jadi Penghasil Padi Tertinggi Nasional
"Mudah-mudahan segera hujan, karena di sini sawahnya banyak. Kalau, hanya satu sumber air pasti akan kurang,"urainya.
[Redaktur: Alpredo Gultom]