Wahana Tani, Magelang - Akibat kekeringan melanda sejak tiga bulan terakhir, petani di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, kesulitan mengolah lahan pertanian.
Mereka pun terancam gagal panen dan berupaya mencoba berbagai cara meminimalisir kerugian akibat potensi gagal panen tersebut.
Baca Juga:
Mentan Ajak Kolaborasi dan Dorong Pengembangan VUB Padi IPB 9G
Mundakir (73), misalnya, petani padi di Dusun Bansreng, Kecamatan Secang, yang terpaksa menyemprotkan air secara manual ke lahan sawahnya.
Hal itu lantaran air irigasi yang mengaliri sawahnya ikut mengering dan membuat sawah seluas 13 kisuk miliknya itu sebagian kering- kerontang.
Tanahnya pun retak-retak dan membuat tumbuhan padi menjadi kering dan mulai berwarna kecoklatan.
Baca Juga:
Jawa Barat Ditargetkan Jadi Penghasil Padi Tertinggi Nasional
"Menyemprotkan air secara manual dimulai hari ini, hanya untuk lahan yang masih lembab saja. Karena, sebagian lada 5 kisuk di bagian bawah dipastikan sudah gagal (panen). Padi baru ditanami usia sekitar 1 bulanan,"ujarnya saat ditemui di lokasi pada Rabu (23/8/2023), melansir Tribun-Jogja.com.
Menurutnya, jika curah hujan tidak turun dalam waktu dekat ini, maka kemungkinan potensi gagal panen semakin besar lagi.
"Kalau tidak hujan juga, semua padi akan kering dan mati. Karena, kekeringan ini lebih parah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya," ucapnya. Sementara itu, ia belum bisa memperkirakan kerugian yang dialami akibat kekeringan ini.
"Belum bisa (menaksir kerugian) dulu bibitnya (padi) ditanam sekitar 1 kuintal. Kalau biaya yang lain, paling bensin untuk traktor 1 hari butuh 5 literan, dipakai seminggunan. Kemudian, upah untuk tanam dan mathun (membersihkan sawah), ada dua orang yang membantu Rp30 ribu per hari, selama 2 bulanan,"jelasnya.
Hal serupa turut dirasakan petani lain bernama Wardiyah (56). Namun, dia lebih beruntung sebab di dusunnya sudah menyiapkan resapan air antisipasi kekeringan. Air yang ditampung inilah disalurkan ke lahan-lahan warga secara bergantian.
Sebelumnya, para petani mendapatkan sumber air dari Sungai Gesing yang kini airnya sudah tidak mampu naik untuk mengairi sawah.
"Kalau dari sungai sudah tidak bisa lagi. Sekarang, pengairan dari air yang ditampung saja, itu bergantian dibaginya. Ya, tetap kurang juga karena ini saja baru dialiri langsung kering lagi,"ungkapnya sambil menunjuk ke arah sawahnya.
Kini, dia hanya bisa berharap agar hujan segera turun. Sebab, jika hanya mengandalkan air resapan dipastikan tidak akan mencukupi.
"Mudah-mudahan segera hujan, karena di sini sawahnya banyak. Kalau, hanya satu sumber air pasti akan kurang,"urainya.
[Redaktur: Alpredo Gultom]