Menggali Nalar Kritis dan Gotong-Royong
Kepala SMPN 1 Jogonalan, Klaten, Endah Sulistyowati, mengatakan kegiatan itu dilakukan seluruh siswa dari kelas VII, VIII, dan IX sebanyak 900 siswa. Ratusan siswa itu membentuk kelompok-kelompok untuk memproduksi pupuk organik.
Baca Juga:
Mendagri Apresiasi Perjuangan Mentan Amran Tambah Alokasi Pupuk
Mereka dibebaskan untuk memanfaatkan wadah yang akan digunakan sebagai tempat memproduksi pupuk organik. Soal bahan baku, siswa juga dibebaskan menggunakan daun kering yang ada di lingkungan rumah masing-masing maupun daun kering di sekolah.
“Target akhirnya anak-anak bisa mengelola sampah di lingkungan rumah masing-masing. Mereka mendesain sendiri cara mengelola sampah menjadi pupuk organik,” kata Endah.
“Dari situ mereka mendesain ide, menggali nalar kritis, gotong-royong, dan lain-lain. Nantinya yang dinilai komposnya jadi atau tidak. Kalau tidak jadi, nanti dievaluasi bersama-sama,” ujarnya.
Baca Juga:
Masuk Daftar 500 Perusahaan Terbaik, Pupuk Indonesia Berjaya di Kancah ASEAN
Endah mengatakan kegiatan itu menjadi bagian dari proyek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) yang menjadi bagian dari implementasi kurikulum merdeka.
“Ada dua tema besar dalam kegiatan ini yang pertama terkait bangun jiwa raga dengan memotret tentang perundungan, LGBT, dan lain-lain,” kata Endah.
Kemudian, lanjut Endah, mulai Senin ada penguatan tentang P5 terkait tema gaya hidup berkelanjutan dalam bijak mengelola sampah. SMPN 1 Jogonalan, Klaten, merupakan sekolah Adiwiyata.