"Kalau tidak akan berpengaruh ke produktivitas. Jadi, pupuk ini menentukan apakah target produksi bisa tercapai," kata Maxdeyul.
Sebelumnya, lonjakan harga pupuk juga dikhawatirkan mengganggu produksi padi, gula (tebu), dan hortikultura nasional tahun ini. Pasalnya, petani yang menggunakan pupuk bersusbsidi juga terpaksa membeli pupuk nonsubsidi karena kurangnya ketersediaan pupuk.
Baca Juga:
Mendagri Apresiasi Perjuangan Mentan Amran Tambah Alokasi Pupuk
"Untuk petani dengan lahan di bawah 2 hektare memang ada pupuk subsidi. Jadi, hampir semua petani padi sawah pakai pupuk subsidi. Tapi, dengan alokasi hanya 9 juta ton, sementara kebutuhan sekitar 2 kali itu, tentu petani akan beli pupuk non-subsidi," kata Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santoso kepada CNBC Indonesia, Jumat (14/1/2022).
Hanya saja, dengan harga pupuk non-subsidi yang tinggi, akan memberatkan petani.
"Dan ini menyangkut kualitas hasil panen. Padahal, dari segi jenis pupuk subsidi dan non-subsidi saja sudah menyebabkan perbedaan kualitas. Karena sumber pupuk majemuk itu beda-beda, tentu dampaknya beda terhadap kualitas panen," kata Dwi Andreas. [tum]