NESP Ophir adalah proyek perkebunan yang kini menjadi unit usaha di bawah PTP Nusantara VI (Persero). Usaha ini dikembangkan pemerintah dengan pola inti dan plasma. ”Kalau kata media waktu itu kan bagus, sekalipun secara teoretis sebetulnya jelek,” katanya.
Pada tahun yang sama, ia turut membela rakyat di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara, yang dirugikan PT Indorayon Utama. Hal sama dia lakukan dengan warga di seputar Sungai Asahan yang tercemar akibat pembangunan pabrik bubur kertas di Porsea. Ia lalu mengorganisasi petani di sepanjang Sungai Asahan.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
Membuat konstruksi pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) generasi kedua yang sempat dilarang beroperasi oleh pemerintah. Namun, ia nekat dan PLTMH dengan daya 20 kilowatt beroperasi untuk tiga dusun bagi 150 keluarga.
Di sela-sela itu, banyak petani ternyata mengadukan persoalan agraria yang membelit mereka. Henry bersama sejumlah rekannya pada 1992 memutuskan bahwa soal itu tak bisa ditangani parsial. ”Karena itulah, kita formulasikan perjuangan nasional untuk reforma agraria,” kata Henry. Inilah cikal bakal berdirinya SPI. Tahun 1996, gerakan itu ikut serta dalam La Via Campesina yang berdiri sejak 1993. Pada 8 Juli 1998, Federasi Serikat Petani Indonesia dideklarasikan dengan kantor pusat di Kota Medan.
Setelah menjadi perwakilan Asia Tenggara dan Asia Timur di La Via Campesina pada 2000, sejak tahun 2004 ia diangkat sebagai koordinator umum gerakan tersebut.
Baca Juga:
Dinas Pertanian Kubu Raya Rencanakan Penanaman Padi 69.462 Ton Tahun 2024
Pulang tak menentu Namun, di tengah kesibukan luar biasa, Henry justru tampil biasa. Hanya komputer tablet dan telepon pintar yang menandakan dia sebagai pengendali ratusan juta petani. Nyaris setiap tahun ia diundang sebagai pembicara dalam forum Organisasi Pangan Dunia (FAO).
Untuk mengendalikan La Via Campesina, setiap tahun ia menghadiri setidaknya dua pertemuan yang berpindah-pindah tempat. Ia pulang ke Medan, tempat istri dan kedua anaknya berdomisili, dalam periode tak menentu. Ia bisa pulang seminggu sekali, dua pekan sekali, sebulan sekali, atau setelah beberapa bulan melanglang buana.
Henry menikahi Mazdalifah, aktivis sekaligus dosen di USU. ”Tentu yang menerima beban terbesar dari kegiatan saya adalah istri. Namun, ia juga seorang aktivis. Dia memiliki yayasan yang peduli kepada para pedagang jamu,” katanya.