Wahanatani.com | Sebanyak 476 ribu dosis vaksin untuk wabah penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) di Pulau Sumatera yang menyerang hewan ternak sapi dan kerbau agar tidak menular ke hewan ternak lain dan merugikan masyarakat disediakan Kementerian Pertanian.
Direktur Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Nuryani Zainuddin dalam webinar mengenai Wabah Lumpy Skin Disease yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) di Jakarta, Rabu, mengatakan saat ini ketersediaan stok vaksin sebanyak 476.075 dosis sementara dibutuhkan vaksin untuk 2,7 juta ekor sapi di Pulau Sumatera yang terjadi wabah LSD.
Baca Juga:
Pemudik Apresiasi Kehadiran SPKLU PLN di Sumatera Selama Momen Mudik Lebaran 2024
"Berapa anggaran yang kita butuhkan untuk melakukan vaksinasi dengan 2,7 juta? Kita membutuhkan Rp104.733.702.000. Ini yang kita lakukan dan usahakan, siapa yang memberikan anggaran sebesar ini,” kata Nuryani.
Lumpy Skin Disease (LSD) merupakan penyakit infeksius pada hewan ternak sapi dan kerbau, disebabkan oleh virus Lumpy Skin Disease Virus (LSDV) yang masuk dalam genus Capripoxvirus. Sejak awal 2022, kasus LSD muncul di beberapa kabupaten/kota Provinsi Riau di Indonesia dan hingga saat ini sudah merebak di wilayah lainnya di Pulau Sumatera.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, saat ini terjadi 527 kasus LSD di Provinsi Riau, 564 kasus di Aceh, 73 kasus di Sumatera Utara, 13 kasus di Jambi, dan 4 kasus di Sumatera Barat dengan total 1.181 ekor.
Baca Juga:
Ke Sumatera Via Merak, H-10 Lebaran Sudah 24 Ribu Kendaraan Nyeberang
Nuryani mengatakan tingkat mortalitas LSD pada hewan ternak 1 hingga 5 persen, dan morbiditasnya 10 hingga 45 persen. Dia menyebutkan kasus kematian hewan ternak di Indonesia akibat LSD baru dilaporkan satu ekor.
Kendati tingkat kematiannya yang tidak tinggi, namun Nuryani menyebutkan LSD dapat menyebabkan dampak ekonomi yang cukup merugikan.
"Dampak ekonomi sudah pasti akan menyebabkan menurunnya produksi, terjadi kekurusan, dan menurunnya produksi susu. Kemudian kerusakan kulit permanen, penurunan atau kehilangan seluruh fertilitas pada sapi jantan dan sapi betina," kata Nuryani.