Karena pemahaman dan ilmunya yang baik, ia dipercaya mengajar di Masjidil Haram. Pada 1899, setelah pulang ke Indonesia, Hasyim Asy’ari mendirikan Pesantren Tebuireng. Lalu, atas petunjuk dari gurunya, KH Kholil bin Abdul Latif Bangkalan, ia mendirikan Nahdlatul Ulama (NU).
Organisasi yang dibentuk pada 31 Januari 1926 ini merupakan respons terhadap dunia Islam yang dilanda pertentangan paham. Dalam situasi tersebut, NU hadir dengan pemikiran yang lebih moderat.
Baca Juga:
PLN Icon Plus Hadirkan ICONNEXT, Pameran Futuristik Terbesar di Indonesia
KH Ahmad Dahlan
Nama KH Ahmad Dahlan tidak bisa dipisahkan dari organisasi Muhammadiyah yang ia dirikan. Tokoh yang dilahirkan pada 1 Agustus 1868 di Yogyakarta ini mendirikan Muhammadiyah pada 1912 untuk mengaktualisasikan pemikiran dan gagasannya yang penuh dengan pembaruan. Selain itu juga, sebagai wadah bagi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang didirikannya pada 1911.
Sebelumnya, pada 1906, Ahmad Dahlan menjadi anggota Budi Utomo. Pengajaran agama yang diberikannya, diterima dengan baik oleh teman-temannya di Budi Utomo. Karena itulah, Ahmad Dahlan didorong untuk melembagakan kegiatan pendidikannya tersebut hingga berdirilah Muhammadiyah. KH Ahmad Dahlan adalah tokoh pendidikan Islam yang berjasa besar bagi bangsa Indonesia.
Baca Juga:
PLN Icon Plus Hadirkan ICONNEXT, Pameran Futuristik Terbesar di Indonesia
Siti Walidah
Siti Walidah lahir pada 3 Januari 1872. Ia merupakan istri dari KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Sejak Muhammadiyah berdiri, ia mendukung perjuangan suaminya melalui perannya mengusahakan pendidikan berupa pengajian untuk kaum wanita di beberapa kampung, seperti Kauman, Lempuyangan, Karangkajen dan Pakualaman.
Siti Walidah juga menaruh perhatian besar kepada para buruh perempuan di unit usaha batik Kauman. Ia mengajarkan para buruh pengetahuan agama, membaca, dan menulis, melalui pengajian yang diadakan setelah maghrib. [afs]