Ketika masa kependudukan Jepang, ia menjadi anggota Seinendan serta anggota Angkatan Muda Indonesia. Selain itu, ia juga menjadi anggota Putera (Pusat Tenaga Rakyat). Keberaniannya muncul jelang runtuhnya kekuasaan Jepang pada 1945. Saat itu, Chaerul Saleh mengajak teman-temannya untuk menentang kelompok tua. Ia juga menolak ikut menjadi anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Tak hanya itu, ia juga adalah tokoh kelompok muda yang berada di balik aksi penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok.
Chaerul juga mempunyai posisi penting seperti Wakil Perdana Menteri III pada 1963. Pada 1966, ia ditangkap dan ditahan, hingga akhirnya pada Februari 1967 mengembuskan napas terakhir.
Baca Juga:
Semarakkan Kemerdekaan Melalui Lomba Baca Puisi
Desakan kelompok muda ini makin santer ketika mendengar kabar penyerahan Jepang pada 15 Agustus 1945. Sukarni pun mengusulkan para pemuda untuk dapat mengatasi situasi. Sukarni bersama para pemuda lainnya memutuskan untuk menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Pada 1971, Sukarni meninggal dunia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Desakan kelompok muda ini makin santer ketika mendengar kabar penyerahan Jepang pada 15 Agustus 1945. Sukarni pun mengusulkan para pemuda untuk dapat mengatasi situasi. Sukarni bersama para pemuda lainnya memutuskan untuk menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Pada 1971, Sukarni meninggal dunia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Chaerul Saleh
Baca Juga:
HUT RI 78, Bupati Mamuju Ajak Generasi Muda Berkiprah Positif
Chaerul Saleh lahir di Sawahlunto, 13 September 1916. Pada usia 8 tahun, ia ikut dengan sang ayah dan bersekolah di ELS. Selesai di ELS, ia melanjutkan ke HBS. Pada 1937, Chaerul Saleh melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Hukum, Jakarta. Kemudian pada 1952-1955, Chaerul kuliah jurusan hukum di Universitas Bonn, Jerman.
Ketika masa kependudukan Jepang, ia menjadi anggota Seinendan serta anggota Angkatan Muda Indonesia. Selain itu, ia juga menjadi anggota Putera (Pusat Tenaga Rakyat). Keberaniannya muncul jelang runtuhnya kekuasaan Jepang pada 1945. Saat itu, Chaerul Saleh mengajak teman-temannya untuk menentang kelompok tua. Ia juga menolak ikut menjadi anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Tak hanya itu, ia juga adalah tokoh kelompok muda yang berada di balik aksi penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok.
Chaerul juga mempunyai posisi penting seperti Wakil Perdana Menteri III pada 1963. Pada 1966, ia ditangkap dan ditahan, hingga akhirnya pada Februari 1967 mengembuskan napas terakhir.