"Dia tahu dan paham dengan kondisi dia sendiri. Pertama, elektabilitas masih di tengah, belum bisa menyaingi Anies, Prabowo, dan Ganjar. Kedua, juga tidak punya partai politik. Satu-satunya jalan adalah roadshow ke sana ke mari," kata Ujang.
Menurut Ujang, pilihan tersebut mau tidak mau harus diambil Emil. Ujang mengatakan Emil harus habis-habisan jika serius ingin manggung pada 2024.
Namun, kata Ujang, sowan ke elite politik saja tidak akan cukup. Menurutnya, Emil perlu melebarkan sayap popularitas ke berbagai daerah. Salah satu caranya dengan memperbanyak kunjungan ke daerah lain.
Baca Juga:
Ketum PAN Zulkifli Hasan Bahas Pengusungan Cagub di Pilkada DKI 2024
"Kekurangan capres atau cawapres dari gubernur, kan tingkatnya lokal. Tingkatnya satu wilayah, ya RK Jawa barat, Anies Jakarta, Ganjar Jawa tengah. Yang harus dilakukan ya harus diterima di banyak kalangan, suku, entitas lain," kata Ujang.
Dihubungi terpisah, peneliti politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Jati menilai manuver Emil hendak meyakinkan parpol untuk memberikan tiket Pilpres 2024. Namun, pergerakan terlalu dini juga bisa mengundang serangan politik dari lawan.
"Negatifnya, kalau terlalu dini, dikhawatirkan akan blunder politik. Karena modal yang dipakai RK sebatas menjadi Gubernur Jawa Barat," ucap Wasisto, Minggu (31/1).
Baca Juga:
Ahmad Sahroni Ucapkan Selamat ke Kang Emil, Sampai Ketemu di Pilgub DKI
Wasisto berpendapat Emil harus menambah strategi jika benar-benar ingin maju pada Pilpres 2024. Pekerjaan rumah pertama yang harus dituntaskan Emil adalah meningkatkan popularitas dan elektabilitas.
Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah menampilkan citra diri sebagai pemimpin agamis. Menurut Wasisto, saat ini bursa calon presiden dan wakil presiden disesaki sosok nasionalis-sekuler.
Hanya Anies Baswedan yang tampil sebagai sosok pemimpin agamis. Wasisto berkata ada peluang besar jika Emil mampu mengemas diri sebagai sosok pemimpin religius nan toleran.