WahanaNews-Persona | ISTILAH ‘darah biru’ tak dapat dimaknai secara eksplisit. Istilah ini memiliki makna yang implisit atau tersirat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, darah biru didefinisikan sebagai mereka yang berasal dari keluarga yang memiliki status sosial yang tinggi atau berasal dari keturunan ningrat.
Seseorang ‘berdarah biru’ biasanya tinggal di lingkungan kerajaan dan mereka merupakan orang-orang yang sangat disegani oleh masyarakat sekitar.
Baca Juga:
Bobby Nasution, Menantu Jokowi Dikukuhkan Sebagai Tokoh Nasional
Ternyata ada sejumlah tokoh nasional yang berdarah biru, berikut daftarnya:
1. Thomas Matulessy
Pahlawan yang fotonya diabadikan dalam uang kertas pecahan seribu Rupiah ini ternyata berasal dari keluarga bangsawan. Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy lahir pada tanggal 8 Juni 1783 di Maluku. Ia menjadi keturunan bangsawan dari garis keluarga ayahnya.
Baca Juga:
Belasan Poin Dukungan 'Bersyarat' Ijtima Ulama ke Anies-Cak Imin
Ayah dari Kapitan Pattimura bernama Antoni Mattulessy yang merupakan anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy, anak terakhir Raja Sahulau. Dengan begitu, Kapitan Pattimura merupakan keturunan bangsawan dari Nusa Ina (Seram), yaitu Raja Sahulau.
2. Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro memiliki nama asli Bendara Raden Mas Ontowiryo. Beliau sangat dikenal berkat perjuangannya dalam Perang Diponegoro melawan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1825 hingga 1830.
Pangeran Diponegoro lahir di Yogyakarta pada tanggal 11 November 1785. Keluarganya merupakan keluarga yang sangat terpandang di Yogyakarta. Ia merupakan anak tertua dari raja ke-3 di Kesultanan Yogyakarta. Ayah dari Pangeran Diponegoro adalah Sri Sultan Hamengkubuwono III, sedangkan Ibunya adalah R. A. Mangkarawati.
3. Ki Hajar Dewantara
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Pertama di Indonesia serta mendapat sebutan sebagai Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, memiliki nama lengkap Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Tokoh nasional ini berasal dari keluarga bangsawan.
Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Dengan begitu, terdapat hubungan dalam garis keturunan antara Ki Hajar Dewantara dengan Pangeran Diponegoro. Ki Hajar Dewantara merupakan anak dari Kanjeng Pangeran Haryo Sooeryaningrat dan R. A. Sandiah, yang merupakan keturunan dari Sri Sultan Hamengkubuwono I.
4. Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Masih berkaitan dengan Keraton Yogyakarta, tokoh nasional selanjutnya adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX atau Gusti Raden Mas Dorodjatun. Ia merupakan tokoh penting Indonesia. Pada tahun 1973, ia pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia mendampingi Presiden Soeharto kala itu. Ia juga meneruskan kepemimpinan ayahnya di Yogyakarta.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX merupakan putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan Raden Ajeng Kustilah. Ia sudah diangkat sebagai Putra Mahkota sejak beliau masih menginjak usia 2 tahun.
5. HOS Tjokroaminoto
Raden Mas Haji Oemar Said Tjokroaminoto merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Oleh masyarakat, beliau mendapatkan julukan sebagai Raja Jawa Tanpa Mahkota. Julukan tersebut didapatkannya karena ia memilih menjadi orang biasa, meskipun terlahir sebagai darah biru dan keturunan ulama.
Tjokroaminoto lahir pada 16 Agustus 1882 di Ponorogo. Keluarganya merupakan keluarga yang terpandang. Ayahnya menjabat sebagai Wedana Kleco di Magetan, kakeknya pernah menjabat sebagai Bupati Ponorogo, dan ia juga merupakan keturunan langsung dari Kyai Ageng Hasan Besari.
6. Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dien merupakan sosok pejuang perempuan yang ditakuti Belanda. Ia berasal dari Aceh dan mendapat julukan sebagai “Ratu Aceh” kala itu. Di samping banyaknya perjuangan yang ia lakukan untuk Indonesia, Cut Nyak Dien rupanya berasal dari keluarga bangsawan. Cut Nyak Dien lahir pada tahun 1848. Darah biru mengalir dari garis keturunan ibunya, yang merupakan putri dari Uleebalang (Kepala Pemerintahan) di daerah Lampagar. Sedangkan ayah Cut Nyak Dien adalah tokoh yang disegani masyarakat setempat, bernama Teuku Nanta Setia. [afs]