WahanaNews.co | Para dokter meminta orang tua memperhatikan perubahan sikap balita karena mungkin itu merupakan tanda terinfeksi virus corona. Menurut studi baru yang dibuat dokter anak di California, AS, keengganan untuk makan makanan padat secara total merupakan gejala Covid-19 pada balita.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Selasa (21/12) di jurnal Pediatrics, para dokter melaporkan dua anak kecil, keduanya berusia di bawah 18 bulan, yang tiba-tiba enggan memakan makanan padat sekitar waktu mereka didiagnosis dengan Covid-19.
Ketika mereka makan, para balita itu langsung tersedak atau memuntahkan makanan setelahnya. Seorang balita juga menjadi sangat sensitif terhadap bau produk wewangian apa pun pada saat yang sama dengan keengganan makanan.
Menurut dokter, gejala tidak mau makan tersebut merupakan tanda adanya gangguan indera penciuman dan perasa pada balita. Gangguan indera penciuman dan perasa sendiri merupakan gejala umum Covid-19 pada orang dewasa.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
“Manifestasi (gangguan) penciuman dan pengecapan Covid-19 dapat mengambil banyak bentuk, termasuk variasi anosmia (hilangnya penciuman), hiposmia (penciuman berkurang), parosmia (penciuman terdistorsi dengan adanya sumber bau yang dikenal), dan phantosmia (pengalaman mencium bau tanpa adanya sumber bau),” jelas para dokter.
Enam sampai delapan bulan setelah diagnosis, kedua balita mulai dapat memakan makanan padat. Meski demikian, tak satupun dari mereka yang sepenuhnya kembali ke tingkat asupan awal mereka.
Para dokter mengatakan, mereka berharap untuk melihat lebih banyak data dari dokter anak lain untuk menambah temuan gejala corona pada balita. Para dokter juga menyebut, bahkan dengan data mereka yang terbatas, mereka yakin keengganan makanan pada anak-anak praverbal "harus menjadi pemicu untuk menguji keberadaan infeksi SARS-CoV-2."
“Perjalanan klinis yang tertunda dan bervariasi pada pasien kami ini konsisten dengan penelitian terbaru pada orang dewasa yang telah menunjukkan bahwa gangguan penciuman dan perasa terkait COVID-19 dapat meningkat dan berkurang dan sepertiga pasien mungkin memiliki gejala yang persisten,” kata para dokter.
“Kami percaya bahwa penyedia layanan pediatrik harus menyadari bahwa gangguan penciuman dan perasa mungkin merupakan petunjuk pertama atau satu-satunya untuk diagnosis infeksi ini di antara anak-anak preverbal dan mungkin perlu menjadi bagian dari panduan antisipatif setelah infeksi Covid-19 pada anak-anak,” pungkas mereka.
[kaf]