WahanaNews-Health | Bisa dibilang kebahagiaan seorang ibu adalah ketika melihat anaknya makan dengan lahap. Lalu, bagaimana mengatasi anak yang sulit makan? simak penjelasan pakar berikut.
Dokter spesialis rehabilitasi medik dari RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Rizky Kusuma Wardhani SpKFR-K, mengajak orang tua untuk mengenali penyebab anak sulit makan agar bisa menindaklanjuti masalah tersebut dengan cara yang tepat.
Baca Juga:
Pemkab Dairi Siap Dukung Gugus Tugas Polri Sukseskan Ketahanan Pangan
"Setelah kita mengetahui kira-kira penyebabnya apa, maka kita bisa melakukan treatment sesuai dengan penyebab itu," katanya dalam bincang-bincang kesehatan dalam rangka HUT RSCM ke-103 yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (14/11/22).
Menurut dia, anak yang sulit makan bisa disebabkan oleh beberapa kondisi yaitu gangguan persepsi, gangguan sensorik, dan gangguan motorik.
Ia menjelaskan, gangguan persepsi adalah ketika anak memiliki persepsi yang buruk terhadap aktivitas makan atau jenis makan tertentu. Hal ini bisa membuat anak tidak memiliki selera makan.
Baca Juga:
Polsek Bagan Sinembah Gelar Kegiatan Launching Gugus Tugas Polri dan Ketapang.
"Anak yang punya persepsi buruk terhadap makanan bisa mengalami kesulitan makan, biasanya anak yang ada riwayat trauma, pada saat dia tidak mau makan kemudian dia dipaksa. Sehingga yang ada di persepsi dia itu bahwa proses makan itu adalah sesuatu yang tidak menyenangkan," katanya.
Ia menambahkan bahwa saat anak makan, orang tua perlu menyediakan lingkungan yang menyenangkan agar dia tidak stres atau terburu-buru sehingga dia mempunyai kesan bahwa makan adalah aktivitas menyenangkan.
Sedangkan gangguan sensorik, menurut dia, adalah ketika anak sangat sensitif terhadap rasa, tekstur, atau aroma makanan tertentu, yang membuat mereka menolak makanan baik dengan cara memuntahkan atau melepehkannya.
"Mestinya, stimulus saat makanan itu kita makan, kita akan merasakan sesuatu yang menyenangkan. Tapi, buat mereka ini memang tidak bisa mereka terima," katanya.
Sementara gangguan motorik, kata dia, terjadi karena ada struktur yang bermasalah, misalnya pada anak yang mengalami bibir sumbing dan anak yang mengalami kelemahan otot akibat down syndrome.
"Bibir sumbing, yang secara anatomi memang tidak bisa menutup dengan sempurna, mereka akan kesulitan dalam makan. Kemudian pasien-pasien yang lemah ototnya, pasien down syndrome, kelihatannya males makan, padahal yang terjadi adalah ototnya tidak kuat," katanya.
"Atau pada pasien yang cerebral palsy, mereka mengalami kekakuan pada struktur atau otot-otot yang ada di daerah menelan, sehingga mereka kesulitan untuk menelan," tambahnya.
Untuk itu, agar anak mau makan, kata dia, orang tua harus mampu membangun pesan positif kepada anak mengenai aktivitas makan. Berikan juga pemahaman bahwa makanan terdiri dari banyak jenis dengan rasa, tekstur, dan aroma yang berbeda.
"Persepsi ini bisa dibangun dengan role model. Dia harus melihat bagaimana orang-orang di rumah itu makan bareng, dia melihat bahwa ternyata enggak apa-apa makan makanan yang dia enggak suka. Ini salah satu yang bisa mengubah persepsi," katanya.
Jika permasalahannya ada pada gangguan sensorik, kata dia, hal tersebut butuh penanganan khusus untuk mencari tahu sensorik mana saja yang mengalami gangguan.
"Pada anak-anak yang gampang jijik, tangannya pun sensitif. Bisa jadi sensitif di daerah oral ini karena sensitif di ujung-ujungnya. Jadi kalau di ujungnya dia enggak merasa aman, apalagi masuk ke dalam mulut," katanya.
Sedangkan jika anak sulit makan karena kelemahan otot, kata dia, orang tua perlu mengajak anak untuk latihan memakan makanan dengan berbagai tekstur.
"Kadang-kadang anak yang terbiasa makan makanan lembek, itu enggak mau dikasih yang keras sehingga kemampuan dia untuk mengunyah itu sangat minim dan itu harus kita latih," demikian Rizky Kusuma Wardhani.(jef)