WahanaNews.co | Dokter Spesialis Mata, Helda Puspitasari, di acara Ayo Sehat Kompas TV dengan tema utama mengenai mata malas memberikan penjelasan mengenai dampak membaca pada cahaya redup.
Terkait kebiasaan membaca dengan cahaya redup, dr. Helda Puspitasari menyebut tak secara langsung menyebabkan mata malas.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
"Bikin mata malas tidak," katanya, dikutip TribunHealth.com.
Namun bukan berarti membaca dalam cahaya redup aman untuk dilakukan.
Kebiasaan ini tetap memiliki dampak negatif bagi kesehatan mata.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Apa lagi jika kebiasaan ini dilakukan terus menerus dalam jangka waktu yang lama.
"Cuman kalau caahaya redup, terus dia kurang pencahayaanya, nanti berhubungannya mungkin dengan refractive error," paparnya.
"Jadi dia tidak berhubungan secara langsung (dengan mata malas)."
"Jadi lebih ke hubungan koreksi kacamata."
Sekilas mengenai mata malas
Mata malas merupakan satu di antara kondisi kesehatan yang kerap dialami anak-anak.
Dalam istilah medis, mata malas dikenal juga dengan nama amblyopia.
Pada gangguan ini, mata dan otak tak terhubung dengan baik.
Akibatnya, otak cenderung menggunakan salah satu mata saja, sebagiamana dibahas dalam program Ayo Sehat Kompas TV.
Karenanya pengelihatan orang yang mengalaminya akan menurun.
Biasanya fokus pengelehitan mata yang satu dan yang lain berbeda.
Efeknya, otak hanya akan memroses mata yang baik.
Sementara pengelihatan dari mata yang satunya akan lebih diabaikan.
Kendati demikian, pada kasus yang langka, mata malas bisa saja menyerang kedua mata.
Umumnya, gangguan seperti ini terjadi sejak lahir hingga usia 7 tahun.
Satu yang paling kerap menjadi penyebab adalah mata juling.
Kondisi ini biasanya diturunkan secara genetik.
Kedua adalah gangguan refraksi mata, seperti rabun jauh, rabun dekat, dan silinder.
Akibatnya, mata akan dominan pada mata yang memiliki pengelihatan paling baik.
[kaf]