Pada dasarnya, semua jenis olahraga dapat meningkatkan tekanan darah, denyut jantung, dan frekuensi pernapasan. Namun pada penderita hipertensi, Detrianae mengingatkan agar calon pelari dapat mencapai kondisi yang terkontrol terlebih dahulu yaitu tekanan darah di bawah 140/90 mmHg saat dilakukan MCU.
Ia juga mengingatkan bahwa hipertensi merupakan risiko penyakit jantung koroner. Oleh sebab itu, sama seperti penderita obesitas, penderita hipertensi harus untuk melakukan MCU terlebih dahulu jika memiliki niat untuk mengikuti lomba maraton.
Baca Juga:
Perhatikan Kesehatan Personel, Bakamla RI Gelar Medical Check-Up
“Jadi turunkan dulu (hipertensinya), dapat obat. Kalau sudah terkontrol dan stabil, olahraga. Sama, kok, nantinya dia boleh latihan dengan intensitas low to intermediate 150 menit per minggu (kalau sudah stabil),” katanya.
Menurut Detrianae, MCU sebenarnya tidak hanya diperlukan bagi penderita obesitas maupun hipertensi melainkan seluruh calon pelari maraton. Apalagi, ujar dia, kebanyakan orang tidak menyadari bahwa dirinya memiliki faktor risiko tertentu atau merasakan gejala tertentu.
MCU untuk tujuan lari maraton juga berbeda dengan MCU biasa. Pada MCU khusus maraton ini, terdapat pemeriksaan penunjang yaitu exercise test dengan menggunakan cardiopulmonary exercise testing (CPET).
Baca Juga:
Bakamla RI Lepas Personel PPPK, Laksanakan Coast Guard Basic Training
“Saran kami adalah berolahragalah dengan tepat. Kemudian yang penting aman, untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan yang tidak kita inginkan sampai dengan sudden cardiac death. Jadi, mencegah lebih baik daripada mengobati,” kata Detrianae.
[Redaktur: Sutrisno Simorangkir]