WahanaNews.co | Gejala Omicron diyakini menimbulkan yang ringan dibanding varian Delta, namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan varian tersebut tak boleh masuk ke golongan ‘ringan.
Pimpinan WHO pada manajemen klinis, Janet Diaz, dalam konferensi pers di kantor pusat WHO di Jenewa menyebut studi awal menunjukkan adanya pengurangan risiko rawat inap dari Varian Omicron. Lebih lanjut, ditemukan penurunan tingkat keparahan baik pasien Covid-19 varian Omicron.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Pernyataan terkait pengurangan risiko gejala tersebut di antaranya mengacu pada studi di Afrika Selatan di Inggris. Akan tetapi, belum ada rincian lebih lanjut terkait studi dan usia kasus yang dianalisis.
Alhasil, salah satu pertanyaan besar kini adalah dampak infeksi varian Omicron pada kelompok lansia. Sebagian besar kasus yang dipelajari hingga kini terjadi pada kelompok usia muda.
"Meskipun Omicron tampaknya tidak terlalu parah dibandingkan Delta, terutama pada mereka yang divaksinasi, itu tidak berarti itu harus dikategorikan sebagai ringan," kata direktur jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam kesempatan yang sama, dikutip dari Reuters, Jumat (7/1/2022).
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
"Sama seperti varian sebelumnya, varian Omicron menimbulkan orang dirawat di rumah sakit dan membunuh orang," sambungnya.
Milyaran orang didunia tidak sepenuhnya terlindungi
Dalam kesempatan tersebut, Tedros juga menyinggung masalah ketidaksetaraan distribusi dan akses vaksin secara global. Berdasarkan tingkat peluncuran vaksin Covid-19 saat ini, 109 negara diprediksi akan gagal mencapai target WHO untuk 70 persen populasi divaksinasi pada Juli 2022.
"Peningkatan demi peningkatan di sejumlah kecil negara tidak akan mengakhiri pandemi sementara miliaran tetap sama sekali tidak terlindungi," katanya.