Pelestarian Tenun Sikka Melalui Sanggarnya telah Berlangsung selama Lebih dari Satu Dekade.
Baca Juga:
9 Gagasan Pemuda untuk Majukan Sumatera Utara: Buku "Pemuda Bersama Bobby Nasution"
Cletus Beru, seorang penggagas Sanggar Doka Tawa Tana berbagi sepenggal kisah mengenai kain tenun ikat khas daerahnya. Pelestarian tenun Sikka melalui sanggarnya telah berlangsung selama lebih dari satu dekade.
Kain tenun sangat berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat di Nusa Tenggara Timur, tak terkecuali di Sikka. Cletus menyebut, tenun ikat digunakan, baik oleh orang yang masih hidup maupun mereka yang telah tiada.
Selama satu dekade, Cletus bolak-balik Batam-Maumere untuk melestarikan budaya asal daerahnya. Ia pun menghidupkan kembali tarian tradisional, musik, tenun ikat, kapas lokal ditanam kembali, dan pewarna alam, yang semua dimulai dari alam.
Baca Juga:
Kota Kediri Terpilih Jadi Proyek Percontohan Festival Olahraga Masyarakat Desa Wisata 2024
"Saya punya sanggar dengan orang-orang satu desa, desa itu jadi desa wisata Uma Uta, kampung adat Dokar, sanggar Doka Tawa Tana. Pemerintah mengajak ini pariwisata berbasis ekonomi kreatif. Jadi, kita bisa jual jadi paket wisata, orang wisata ke kampung dan bisa melihat proses tenun, makan makanan tradisional," kata Cletus, beberapa waktu lalu.
Jenis Kain