"Tapi tetap belum menutup kebutuhan kami. Belum banyak yang bisa membuat ikan asin," katanya.
Desa wisata
Baca Juga:
Kemenparekraf Hadirkan 'Wonderspace by Wonderful Indonedia' di Stasiun MRT Bundaran HI Kenalkan 5 DPSP
Berjarak 30 menit ke arah timur laut dari Sauwandarek, terdapat Kampung Yefnabi dan Meosmanggara yang menjadi pulau bagi habitat spesies pari manta membersihkan diri atau cleaning area.
"Saat pandemi COVID-19, yang datang ke kami rata-rata dua sampai tiga kapal, ada juga dari tamu resort. Kalau sebelum pandemi setiap hari ada," kata Sekretaris Tim Pengelola Ekonomi Masidimawa Meosmanggara, Ronny Sauwiai.
Populasi pari manta di kawasan setempat tak tergantung musim. Hampir setiap pagi dan sore koloni spesies pari terbesar di dunia berdiameter 5-7 meter itu kerap muncul membersihkan tubuh. Bahkan saat kurun November dan Oktober, populasinya bertambah hingga ratusan ekor. Manager Projek Coremap-CTI Paket 3 Reef Check Riyan Heri Pamungkas menyebut Yefnabi dan Meosmanggara dapat dikembangkan menjadi objek wisata berbasis spesies.
Baca Juga:
Sandiaga Dorong Pelaku Ekraf Bekasi Maksimalkan Digitalisasi dalam Pemasaran
Pelung itu dikembangkan Reef Check dengan mengembangkan potensi warga dalam merintis usaha kecil menengah (UKM) berbahan baku minyak kelapa untuk menangkap peluang wisatawan.
"Coremap-CTI Paket 3 menyasar pengembangan bisnis wisata berkelanjutan. Tim sudah laksanakan kajian potensi kawasan terhadap ketersediaan bahan baku dan atraksi lokal, maka dipilih Kampung Meomanggara yang memiliki potensi minyak alami kelapa dan ada pasir timbul untuk pari manta," katanya.
Program tersebut, kata Riyan, sekaligus mempersiapkan penduduk setempat menyambut kehadiran kembali pelancong domestik dan mancanegara di tengah situasi pandemi COVID-19 di dunia yang kian melandai secara konsisten.