Eri mendorong agar Kampung Wisata Kue bisa lebih produktif. Dari sebelumnya melayani pesanan mulai pukul 03.00 - 06.00 WIB, Eri ingin Kampung Wisata Kue dibuka saat malam. Menurutnya, konsep wisata malam seperti Tunjungan Romansa dapat diaplikasikan ke kampung itu.
"Jadi seperti Tunjungan Romansa, setiap malam ada kursi, ada mejanya. Kemudian ada suguhan penampilan musik. Itu yang saya harapkan di Kampung Kue ini," urainya.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Sementara itu, untuk mendukung bisnis pelaku UMKM Kampung Kue, Eri meminta camat dan lurah setempat untuk menyerap produk warga. Misalnya, camat dan lurah menggunakan makanan produk Kampung Kue untuk konsumsi ketika ada rapat atau kegiatan.
"Jadi tugasnya camat, lurah atau Kepala PD, jika ada kegiatan ambilnya di Kampung Kue," terang Eri.
Ia menambahkan Pemkot Surabaya juga tengah menyiapkan sejumlah skema untuk mengembangkan kawasan perkampungan yang lain menjadi kampung. Eri mencanangkan setiap kampung dapat menjadi objek destinasi wisata yang mampu mendongkrak perekonomian warga.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
"Surabaya dapat menjadi besar dan kota metropolitan tak lepas dari keberadaan sejarah kampung. Jadi kita tidak boleh melupakan sejarah kampung. Maka tugas kita adalah bagaimana setiap kampung itu memiliki ciri khas tersendiri," tegas Eri.
Penataan Kampung Libatkan Stakeholder
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan (Dinkopumgdag) Kota Surabaya, Fauzie Mustaqiem Yos menimpali, skema penataan di kampung dilakukan pemkot secara gotong-royong. Artinya, proses penataan ini melibatkan beberapa PD dan stakeholder terkait.
"Pada saat launching Kampung Kue kemarin yang berperan Dinas Kesehatan. Kenapa Dinkes? karena mereka mendampingi terkait izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)," ungkap Yos.