Namun, kegiatan pertambangan tak berlangsung lama. Pasir di Sungai Progo kian menipis hingga akhirnya aktivitas pertambangan terhenti pada 2013. Imbasnya lokasi itu jadi terbengkalai.
"Karena terbengkalai itulah, saya kemudian berpikir gimana agar lokasi ini bisa bermanfaat untuk masyarakat. Karena pemandangan di sini bagus, dekat sungai Progo, jadi kepikiran kalau dibuat taman wisata," ucap Purdianto
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Purdianto yang merupakan warga asli Dusun Dukuh itu kemudian meminta izin ke pemilik lahan terkait dengan rencananya itu. Gayung bersambut, rencana itu ternyata disetujui. Selanjutnya ia mengajukan proposal ke salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk dapat bantuan dana pembangunan.
"Saya ajukan proposal ke Jasa Marga, dan saat itu turun bantuan Rp311 juta untuk membangun kawasan ini," ujar pria yang bekerja sebagai konsultan di sejumlah BUMN tersebut.
Hadirnya Taman Tresno Jasa Marga sejatinya merupakan pelengkap dari agrowisata Buah Klengkeng yang sudah terlebih dulu ada di Dusun Dukuh. Agrowisata ini pertama kali dikembangkan pada 2017 silam. Penggagasnya pun sama, yaitu Purdianto.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
"Sebenarnya ini merupakan pengembangan dari kawasan Agrowisata Kelengkeng di Dukuh. Jadi saya dulu ajukan proposal bantuan ke Jasa Marga untuk penanaman buah kelengkeng. Tak disangka ternyata itu disetujui dan pada 2017 tempat ini jadi perkebunan kelengkeng," ucap Purdianto.
Purdianto menjelaskan total lahan perkebunan kelengkeng di Dusun Dukuh mencapai 1 hektar yang bidang tanahnya terpisah di sejumlah titik. Kebun tersebut dikelola oleh warga masyarakat dan kelompok tani.
"Dari Jasa Marga kami dapat bantuan ribuan bibit kelengkeng, yang kemudian ditanam oleh masyarakat sini, selain itu juga dibentuk kelompok tani khusus pengelola kebun kelengkeng," ujarnya.