Lebih lanjut, Effendi menilai langkah yang tepat jika Rusia akan hadir dalam G20. Diketahui, Presiden Rusia pun berencana hadir dalam pertemuan tersebut.
Ia mengingatkan, G20 harus menjadi forum yang menjadi media mendamaikan pihak yang bertikai, termasuk kaitannya dengan konflik Rusia-Ukraina.
Baca Juga:
Rusia: Presidensi Indonesia Sukses Jaga G20 Tanpa Politisasi
Di sisi lain, ia mengatakan bisa saja forum itu tidak lagi bernama G20 jika Rusia tidak hadir.
"Harus, media ini kan tidak boleh mendiskreditkan untuk tidak menghadirkan (Rusia). Nanti kalau dia tidak dihadirkan, tidak diundang, ya bukan G20 dong namanya," pungkasnya.
Sebelumnya, pada Selasa (22/3/2022), Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) akan memimpin tekanan pada Rusia untuk disingkirkan dari forum internasional atas langkah invasi ke Ukraina.
Baca Juga:
Perekonomian Nasional Diyakini Mampu Lewati Hadangan “Awan Gelap” Ekonomi Global 2023
"Mengenai pertanyaan G20, saya hanya akan mengatakan, kami percaya bahwa ini tidak bisa menjadi bisnis seperti biasa bagi Rusia di lembaga internasional dan komunitas internasional," kata Jake Sullivan.
Sementara itu, China berbeda pandangan dengan AS. China menggambarkan Rusia sebagai anggota penting G20.
China telah memberikan tingkat perlindungan diplomatik ke Rusia yang semakin terisolasi atas invasinya ke Ukraina, dengan ekonominya diikat oleh sanksi.