"Sebagai pribadi yang dibesarkan di China, karya saya secara alami dipengaruhi oleh budaya China. Namun, saya ingin novel saya dapat diterima oleh para pembaca di AS dan negara-negara lainnya," kata Liu dalam sebuah sesi wawancara, merefleksikan harapannya untuk meraih penerimaan lintas budaya.
"Saya telah selesai (menonton) '3 Body Problem' di Netflix dan saya sangat menikmatinya. Saya menikmati pengembangan cerita dan mayoritas tokoh di serial itu, terutama Jin Cheng dan Ye Wenjie," cuit seorang penggemar fiksi ilmiah.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
"Saya belum menonton serial adaptasi (novel itu) versi China atau membaca bukunya. Namun, saya berencana untuk melakukan keduanya."
Setelah hasil adaptasi Netflix tersebut meraih kesuksesan, penjualan buku fisik dan e-book "The Three-Body Problem" di Amazon.com menduduki posisi dua teratas dalam kategori literatur dan novel di platform tersebut.
Sementara itu, sebuah properti utama yang muncul dalam dua episode pertama serial itu, yakni karya bertema ilmu lingkungan bertajuk "Silent Spring" yang diterbitkan pada tahun 1962, juga kembali populer.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Selain itu, interpretasi Netflix atas karya fiksi ilmiah China juga membangkitkan introspeksi di kalangan penggemar soal Westernisasi dalam penceritaan literatur dan konten China.
Chen Peng, profesor dari Universitas Nankai China, memberi pernyataan yang lebih optimistis. Dia mengatakan bahwa dirinya menganggap serial tersebut adalah contoh apik dari cerita fiksi ilmiah China yang diadaptasi ke dalam film dan serial televisi di luar negeri.
"Dari perspektif komunikasi lintas budaya, hal ini merupakan langkah yang positif," ujarnya, sembari menekankan bahwa karya yang sesuai dengan karakteristik budaya dan kebiasaan kognitif dari negara-negara sasaran dapat mencapai komunikasi yang efektif.