MAWAKA ID | Harga emas kembali melonjak pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), terus bergerak menuju target 2.000 dolar AS per ounce karena kian memburuknya agresi Rusia di Ukraina meningkatkan risiko geopolitik yang mendorong permintaan safe-haven terhadap logam kuning.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, melambung 30,7 dolar AS atau 1,59 persen, menjadi ditutup pada 1.966,60 dolar AS per ounce. Untuk minggu ini, emas berjangka naik 4,2 persen, merupakan kenaikan mingguan terbesar sejak Juli 2020.
Baca Juga:
Emas dan Kripto, 2 Pilar Keuangan di Era Ketidakpastian Ekonomi Dunia
"Krisis Rusia-Ukraina akan terus mendukung prospek harga logam mulia lebih tinggi," kata analis Saxo Bank Ole Hansen dalam sebuah catatan.
"Ini tidak hanya karena potensi tawaran safe-haven jangka pendek yang akan pasang surut, tetapi yang lebih penting karena apa arti ketegangan ini bagi inflasi, pertumbuhan, dan ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral."
Emas yang dianggap sebagai penyimpan nilai yang aman selama ketidakpastian seperti itu, sebagian besar mengabaikan lonjakan 1,0 persen dalam dolar, tempat berlindung alternatif, dan kemungkinan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve akhir bulan ini.
Baca Juga:
Modus Usir Setan, Lansia di Jakut Jadi Korban Penipuan Rugi Rp500 Juta
Saham-saham di Wall Street yang turun karena kekhawatiran atas konflik di Ukraina juga lebih lanjut mendukung emas.
Laporan pekerjaan AS untuk Februari yang luar biasa tidak menemukan kenaikan upah, juga membantu emas. Analis mengatakan laporan itu mungkin mendorong Federal Reserve untuk lebih longgar dengan kenaikan suku bunga era pandemi pertama yang dijadwalkan dalam dua minggu ke depan.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Jumat (4/3/2022) bahwa Amerika Serikat menambahkan 678.000 pekerjaan pada Februari, lebih dari 440.000 pekerjaan yang diperkirakan oleh para ekonom. Dan tingkat pengangguran turun menjadi 3,8 persen dari 4 persen.