Status emas sebagai aset aman (safe haven) serta lindung nilai terhadap inflasi akan menjadi penopang kenaikan di tahun ini, bahkan ada yang memprediksi akan memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa lagi.
Di awal tahun ini saat harga emas sedang tertekan dan kembali ke bawah US$ 1.800/troy ons, Byron Wien, mantan kepala investasi Morgan Stanley memprediksi emas bisa memberikan pergerakan yang mengejutkan dengan melesat 20% dan mencapai US$ 2.160/troy ons di tahun ini.
Baca Juga:
Harga Emas Naik Hingga Capai Rp1,040 Juta/Gram
Level tersebut tentunya merupakan rekor tertinggi sepanjang masa. Wien kini kini menjabat wakil presiden Blackstone, perusahaan dengan aset under management sekitar US$ 650 miliar.
Wien melihat meski The Fed menormalisasi kebijakan moneternya dengan agresif, tetapi inflasi masih akan tetap tinggi. Permintaan emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi akan meningkat.
"Harga emas reli 20% ke rekor tertinggi baru. Meski pertumbuhan ekonomi AS kuat, investor mencari aset aman dan lindung nilai dari inflasi di emas. Emas akan mendapatkan kembali statusnya sebagai safe haven bagi miliader baru, bahkan saat mata uang kripto menggerogoti pasarnya," kata Wien, sebagaimana dilansir Kitco, Selasa (4/1).
Baca Juga:
Berikut Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian
Potensi kenaikan harga emas dunia juga disebutkan oleh Jeffrey Gundlach, triliuner yang dijuluki "raja obligasi".
Ia masih tetap bullish terhadap emas untuk jangka panjang. Apalagi, saat ini Gundlach melihat adanya risiko resesi akibat kenaikan suku bunga di AS, serta tingginya inflasi.
"Tekanan inflasi sedang meningkat, jika kita melihat perekonomian, tidak bisa dipungkiri ditopang oleh quantitative easing dan ekspansi neraca The Fed. Dan karena hal itu akan hilang, maka di tahun 2022 akan ada tantangan yang dihadapi untuk aset berisiko dan tentunya perekonomian. Sinyal dari pasar obligasi mulai terlihat seperti pra-resesi," kata Gundlach, sebagaimana diwartakan Kitco, Rabu, (12/1).