Waktu itu, kata Peter, kurs masih di kisaran Rp 8.000 per dolar AS, sedangkan saat ini sekitar Rp 14.500.
Kedua, harga saham GIAA waktu itu Rp 625, saat ini berada di level Rp 256.
Baca Juga:
Wamildan Tsani Panjaitan Dirut Baru Garuda Indonesia
"Silahkan hitung tapi menurut saya, dalam kurun waktu 9 tahun kerugian CT saya hitung sudah Rp11,2 triliun termasuk bunga belum hitung inflasi, banyak juga yah Mas Arya [Arya Sinulingga Staf Khusus Menteri BUMN]?" tulisnya.
Kerugian yang disebutkan Peter tersebut masih berupa potential loss selama Chairul Tanjung belum menjual sahamnya (cut loss).
Adapun, posting-an Peter tersebut menjawab ditujukan untuk menjawab posting-an Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, yang juga disertakan dalam unggahan Sang Komisaris GIAA.
Baca Juga:
Paus Fransiskus Pilih Menu Nasi Goreng di Pesawat ke Papua Nugini
Sebelumnya, Peter mengungkapkan 7 penyebab keuangan Garuda dalam kondisi kritis.
Sejumlah penyebab yang menjadi sororatan di antaranya keputusan yang diambil Kementerian BUMN secara sepihak tanpa koordinasi dan tanpa melibatkan Dewan Komisaris.
Melalui akun Facebook-nya, dia merilis surat kepada Dewan Komisaris Garuda Indonesia yang berisi permohonannya kepada para anggota komisaris.