Meski krisis ekonomi menghantam seluruh negeri –sejumlah badan memperkirakan hampir seluruh penduduk akan jatuh ke jurang kemiskinan dalam beberapa bulan mendatang– dampaknya dirasakan secara tak seimbang oleh kaum perempuan.
"Krisis di Afghanistan telah menciptakan situasi yang sulit bagi pekerja perempuan, bahkan lebih buruk," kata Ramin Behzad, Koordinator Senior di Organisasi Buruh Internasional (ILO) untuk Afghanistan.
Baca Juga:
Krisis Ekonomi Argentina Makin Ngeri, Warga Makan Sampah-Bank Sentral Bubar
"Pekerjaan di sektor-sektor penting telah hilang, sementara pembatasan partisipasi perempuan yang baru diberlakukan juga berdampak pada rumah tangga."
Tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di Afghanistan turun sekitar 16 persen pada triwulan ketiga 2021, menurut laporan ILO yang dirilis pada Rabu, sedangkan jumlah pekerja laki-laki berkurang 6 persen.
Angka itu pada pertengahan 2021 diperkirakan jadi 21 persen lebih rendah daripada sebelum Taliban berkuasa jika kondisi saat ini tidak berubah, menurut ILO.
Baca Juga:
UU Perlindungan Konsumen: Berbagai Peraturan untuk Menjamin Hak Konsumen
Bagi pekerja di tempat usaha milik Noori, kesempatan untuk mendapatkan penghasilan telah mengalahkan kekhawatiran.
"Sebagian besar anggota keluarga mengkhawatirkan keselamatan kami. Mereka sering menelepon saat kami terlambat pulang, tapi kami semua terus bekerja… karena kami punya masalah ekonomi," kata Lailuma, yang takut menyebutkan nama lengkapnya.
Pekerja lain, Saleha, kini menjadi tulang punggung keluarganya.