Martabat Net | Akibat letusan gunung berapi bawah laut Hunga-Tonga-Gunga Ha'apao yang terjadi Sabtu (15/1/2022) lalu berdampak panjang bagi Peru.
Peru dilanda musibah tumpahnya minyak di kawasan pesisir dekat ibu kota Peru, Lima.
Baca Juga:
Indonesia Juara Ke-3 SEA Games, Menpora: Bukti DBON Ampuh
Tumpahan minyak di kawasan pantai Peru terjadi sejak pekan lalu. Pemerintah Peru menyebut minyak yang tumpah merupakan milik Repsol, perusahaan minyak asal Spanyol. Dalam laporan pemerintah setempat, disebut ada 6 ribu barel minyak yang tumpah dari daerah dekat kilang La Pampilla.
Peristiwa tumpahnya minyak ke laut Peru terjadi karena dipicu gelombang besar akibat letusan gunung berapi di Tonga. Repsol memastikan perhitungan detail mengenai tumpahan minyak masih dilakukan perusahaan.
Perusahaan itu berkata, operasi pembersihan minyak dari laut sekitar Lima akan berlangsung hingga akhir Februari. Ada setidaknya 840 orang yang dikerahkan Repsol untuk membersihkan tumpahan minyak dari laut.
Baca Juga:
PPKM Masih Berlanjut, Jabodetabek Berstatus Level 1
Badan lingkungan Peru OEFA menyebut, luas wilayah terdampak tumpahan minyak mencapai 1,7 juta meter persegi (420,08 hektar) tanah dan 1,2 juta meter persegi laut. Peristiwa ini disebut Presiden Peru Pedro Castillo sebagai "bencana ekologis" terbesar yang mempengaruhi negara itu dalam beberapa tahun terakhir.
Akibat tumpahan minyak itu, saat ini ada banyak hewan laut dan sekitar pantai yang mati. Pemerintah Peru juga sudah melarang nelayan di kawasan terdampak untuk melaut. Pembersihan laut dari minyak tersebut melibatkan pemerintah, Repsol, dan masyarakat serta nelayan sekitar.
"Saya biasa mengumpulkan krustasea, tetapi sekarang tidak bisa karena saat saya ke pantai saya lihat hewan-hewan itu mati. Nelayan biasa menjual makanan dari hasil laut yang kami kumpulkan. Tapi sekarang itu tidak bisa dilakukan karena di sini hanya ada bau kematian," kata seorang nelayan lokal bernama Walter de la Cruz dikutip dari Reuters, Sabtu (22/1/2022).